Headline

Langkah Penyehatan BUMN Terbelenggu Kebijakan Holdingisasi

Langkah Penyehatan BUMN Terbelenggu Kebijakan Holdingisasi
Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron ditemui wartawan disela-sela rapat kerja dengan Meneg BUMN Erick Thohir, Selasa (25/01/2022)/Foto: Anjasmara

JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron mengungkapkan sejumlah langkah untuk melakukan penyehatan BUMN terhambat akibat terbelenggu kebijakan pembentukan holdingisasi. Padahal sekarang sudah masuk tahun ke tiga untuk periodesasi Pemilu 2024. “Tentu tidak akan efektif lagi, sedangkan saat ini kita masih bicara tahap konsolidasi,” katanya ditemui suarainvestor.com disela-sela rapat tertutup denga Meneg BUMN, Erick Thohir, di Jakarta, Selasa (25/01/2022).

Oleh karena itu, kata Politisi Demokrat, pihaknya meragukan kebijakan holdingisasi saat ini bisa berjalan lancar. “Jadi harus dihitung ulang. Karena belum jelas, tahap konsolidasi ini mampu menghasilkan laba dan deviden yang signifikan untuk BUMN,” tegasnya.

Namun demikian, Kang Hero-sapaan akrabnya mengaku langkah Holdingasasi yang dilakan Erick Thohir ini berjalan bagus. “Cuma perlu dihitung ulang angkanya.”

Pasalnya, sambung Legislator dari Dapil Jabar X ini, setelah BUMN ini digabungkan ternyata tidak mengurangi beban operasional (operating expenditure). Tapi mungkin saja Capexnya meningkat. “Nah, melihat situasi seperti ini, apakah masih efektif kebijakan Holdingisasi.”

Sekarang ini, lanjutnya, sama saja pendelegasian kepada Holding. Karena Holding sendiri harus memiliki target pendapatan, kalau pendapatan itu bergantung pada anak-anak usaha holding, otomatis harus ada peningkatan kinerja.

Ditanya soal anak-anak usaha holding yang rugi, Herman menyarankan tidak perlu lagi untuk dipertahankan. “Kalau memang sudah tidak menguntungkan, ya buat apa. Kecuali, kalau secara kajian memang masih ada prospeknya.”

Berdasarkan catatan, rapat kerja Komisi VI DPR dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang awalnya terbuka, namun atas keputusan rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VI DPR, Ario Bimo, kemudian diputusan berlangsung tertutup.

Informasi yang dihimpun suarainvestor.com, rapat terpaksa dilakukan tertutup, karena membahas persoalan yang menyangkut holdingisasi, lalu proses hukum dan strategic partner BUMN yang sedang dalam proses. Hal-hal tu akan berpengaruh thp proses jika dibuka.

Pada Desember 2021, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku menutup 74 anak-cucu perusahaan pelat merah. Terbanyak berasal dari PT Pertamina (Persero), PT Telkom (Persero), dan PTPN Group. “Kita harus terus melakukan konsolidasi dan efisiensi jumlah dari pada BUMN, anak dan cucu itu terlalu banyak. Karena itu kita sudah menutup 74 anak dan cucu perusahaan BUMN,” ujar Erick di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (1/12/2021).

Erick menyebutkan, anak-cucu BUMN yang sudah di tutup diantaranya 26 perusahaan di Pertamina, 24 perusahaan di PTPN Group, dan 13 perusahaan di Telkom. Meski di tutup, namun Erick memastikan tenaga kerja terserap.

Menurut Erick, banyak anak-cucu BUMN yang tidak efisien sehingga membebani kinerja induk perusahaan. Oleh sebab itu, diperlukan pengurangan jumlah perusahaan untuk tetap menjaga kesehatan keuangan. ***

Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari

 

BERITA POPULER

To Top