JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Anggota Komisi XI DPR Fauzi H Amro mendesak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk bersikap tegas terhadap sejumlah perusahaan asuransi atau lembaga keuangan non bank yang bermasalah.
Namun sayangnya dalam beberapa rapat kerja antara Komisi XI DPR dengan OJK belum ada penyelesaian secara konkret. “OJK punya kewenangan untuk punishment dan mencari solusi yang terbaik,” katanya dalam rapat kerja bersama Pimpinan Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Nurhaida dan pimpinan lainnya di Jakarta, Kamis, (1/10/2020).
Menurut Fauzi, dalam laporan semester I OJK yang membahas problematik asuransi pemerintah dan swasta ini belum menemukan adanya laporan penyelesaian. Karena itu DPR meminta agar OJK bertindak secara adil dan tidak banyak lagi pertimbangan. “Jadi harus menegakkan aturan yang sudah ada, yakni POJK yang sudah ada. Kalau terlalu banyak pertimbangan dan kompromi, ya akhirnya tidak menyelesaikan masalah,” ujarnya lagi
Malah kalau terlalu lama dibiarkan, kata Politisi Nasdem, akhirnya bukan menegakkan aturan lagi, tapi yang terjadi adalah persoalan suka dan tidak suka. “Nah ini persoalan PT Minna Padi Aset Manajemen, PT Bumi putra, PT Jiwasraya, monggo Pak Wimbo segera selesaikan secara aturan yang sudah dikeluarkan OJK tampa pandang bulu,” tambahnya.
Lebih jauh kata Fauzi, kalau memang pihak manajemen perusahaan yang salah, segera panggil saja pihak manajamen dan kemudian harus diberi punishment. “Tapi kalau yang salah adalah nasabahnya, ya tinggal beri saja punishment,” ucapnya.
Selain masalah asuransi, Alumnus IPB ini juga menyinggung masalah merger bank syariah. Pihaknya sangat mendukung ide dan gagasan Meneg BUMN Erick Tohir yang ingin menggabung bank syariah plat merah, rencana merger itu diperkirakan Pebruari 2021, supaya Indonesia memiliki lembaga keuangan Syariah yang besar. “OJK juga pasti mendukung rencana tersebut, nah bagaimana persiapan OJK mengahadapi hal tersebut, terkait hal-hal yang disampaikan Pak Erick Tohir, jadi kawan-kawan OJK bagaimana menyikapinya?,” ungkapnya seraya mempertanyakan. ***
