JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Anggota Komisi VI DPR Nusron Wahid mengkritik Direksi BUMN Telekomunikasi, PT Telkom Indonesia yang terkesan tak mampu membuat strategi jitu terkait rencana Initial Public Offering (IPO) Mitratel pada Nopember 2021. Karena sampai saat ini tak mampu membangkitkan gairah investor asing untuk menyambut IPO. “Padahal PT.Mitratel ini merupakan satu-satunya perusahaan tower BUMN yang paling besar di Indonesia. Ternyata, kurang mendapat sambutan meriah investor,” katanya kemarin dalam rapat dengar pendapat umum dengan Direksi PT Telkom Indonesia dan Mitratel, di Jakarta, (10/11/2021).
Politisi Golkar ini menduga bahwa investor kurang merespon, karena masalah valuasi harga saham yang dinilainya terlalu tinggi. “Problem di market saat ini itu adalah masalah valuasi. Apakh ini karena valuasinya kegedean, atau pertimbangan lain. Kalau terlalu besarrr, maka bisa diturunkan agar agar investor bergairah,” ujarnya.
Disisi lain, Nusron menyinggung masalah bisnis telekomunikasi yang sudah terbuka lebar bagi investor asing, karena sudah sektor ini sudah dikeluarkan dari Daftar Negatif Investasi (DNI). “Jadi asing bisa memiliki 100 persen,” ucapnya lagi.
Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang dikeluarkan pada 2 Februari 2021. “Padahal 2 bulan setelah Perpres itu ditangani ada transaksi akuisisi Digital Colony oleh American Tower sampai pada level angka 20 kali ebitda. Lalu, kenapa sampai hari ini belum mendapatkan sambutan yang meriah dan antusias dan luar biasa dari investor,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Ririek Ardiansyah mengatakan proses Initial Public Offering (IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), telah dilakukan sejak tahun lalu. “Rencana IPO Mitratel telah mendapatkan persetujuan dari dewan direksi, komisaris, dan Kementerian BUMN pada Agustus 2021,” katanya di DPR kemarin.
Lebih jauh Ririek menjelaskan PT Telkom pada tanggal 5 November 2021 sudah mengirimkan surat filling terakhir ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga diharapkan mendapatkan jawaban OJK efektifnya pada 12 November 2021. “Jika ini terjadi, secara resmi penawaran saham kita akan lakukan antara 16-18 November, ini penawaran umum,” terangnya.
Proses IPO akan ditutup secara resmi dan Mitratel resmi melantai di bursa menggunakan kode MTEL pada 22 November 2021. “Dengan demikian, proses secara penuh selesai, Mitratel secara resmi jadi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,” ungkap Ririek.
Ririek menyampaikan kisaran harga saham Mitratel akan berada di angka Rp 775 sampai Rp 975 per saham dengan jumlah saham maksimal yang akan ditawarkan maksimal 29,85 persen atau setara 25,5 miliar lembar saham. “Namun demikian angka persisnya nantinya ini masih proses, ada literasi yang dilakukan menyesuaikan aturan yang ada, tapi 29,8 persen ini angka maksimum,” ucapnya.
Ririek berharap IPO tersebut akan memberikan dana segar hingga Rp 15 triliun sampai Rp 24 triliun kepada Mitratel. “Proses (IPO) ini sudah berjalan, secara umum kita sampaikan hasilnya sejauh ini sangat positif,” pungkasnya. ***
Penulis : Arpaso
Editor : Kamsari