Market

Putin Peringatkan Barat: Sanksi Energi akan Picu Bencana Ekonomi Dunia

Putin Peringatkan Barat: Sanksi Energi akan Picu Bencana Ekonomi Dunia
Presiden Rusia Vladimir Putin/Sumber Foto: Kompas.com

JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan negara Barat bahwa beragam sanksi yang dijatuhkan kepada negaranya atas perang di Ukraina, termasuk terhadap sektor energi, dapat memicu bencana ekonomi di seluruh dunia.

Putin menganggap sanksi-sanksi yang dijatuhkan negara Barat sebagai deklarasi perang ekonomi. Dia mengatakan bahwa seruan negara Barat untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan energi Rusia telah membuat pasar global bergejolak dengan lonjakan harga minyak dan gas.

Negara-negara Uni Eropa menyatakan ingin menghentikan impor gas dari Rusia, sementara para pemimpin negara G7 tengah mencari cara untuk menerapkan pembatasan harga pada bahan bakar fosil Rusia, termasuk minyak. “Sanksi-sanksi kepada Rusia menyebabkan lebih banyak kerusakan kepada negara-negara yang menjatuhkannya. Penerapan sanksi lebih lanjut dapat menyebabkan konsekuensi yang lebih parah, bahkan bencana di pasar energi global,” kata Putin kepada para pemimpin industri minyak dan gas Rusia, seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/7/2022).

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah memicu serangkaian sanksi terberat yang pernah dijatuhkan negara-negara barat kepada satu negara dalam sejarah modern. Sanksi tersebut telah merusak asumsi pasar energi dan komoditas, serta menghambat pertumbuhan ekonomi global.

Putin telah menegaskan berulang kali bahwa terlepas dari sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia, dia tidak akan mundur dari Ukraina. Hal ini lantaran energi merupakan satu area di mana Kremlin masih memegang kendali. Uni Eropa khawatir Rusia memangkas pasokan gas lebih besar ke kawasan itu.

Rusia adalah pengekspor minyak terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi, serta pengekspor gas alam dan gandum terbesar di dunia. Eropa mengimpor sekitar 40% gas dan 30% minyaknya dari Rusia. Dengan harga yang sudah naik, dunia bersiap untuk gangguan pasokan lebih lanjut dari Rusia karena pipa Nord Stream 1, rute pasokan gas yang vital ke Jerman, akan menjalani pemeliharaan mulai 11 Juli hingga 21 Juli.

Gazprom memangkas kapasitas melalui pipa menjadi hanya 40%, dengan alasan keterlambatan pengembalian peralatan yang dilayani oleh Siemens Energy Jerman di Kanada karena sanksi.

Konsorsium Pipa Kaspia (CPC), yang membawa sekitar 1% minyak global, diperintahkan oleh pengadilan Rusia untuk menangguhkan operasi pada hari Selasa. Arus terus mengalir, tetapi tidak jelas berapa lama.“Kami tahu bahwa Eropa sedang mencoba untuk menggantikan sumber energi Rusia, namun, kami berharap hasil dari tindakan tersebut adalah kenaikan harga gas di pasar spot dan peningkatan biaya sumber daya energi untuk konsumen akhir,” kata Putin.

Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah memutus aliran gas ke Bulgaria, Polandia, Finlandia, pemasok Denmark Orsted, perusahaan Belanda Gasterra dan Shell untuk kontrak Jermannya, setelah mereka semua menolak permintaan untuk beralih ke pembayaran dalam rubel.

Putin mengatakan bahwa “blitzkrieg” ekonomi Barat telah gagal tetapi mengakui serangan tersebut telah menyebabkan kerusakan pada ekonomi dunia senilai US$ 1,8 triliun atau sekitar Rp 27 kuadriliun. “Kami harus merasa percaya diri, tetapi Anda harus melihat risikonya – risikonya masih ada. Situasi di sektor bahan bakar dan energi Rusia tetap stabil,” kata Putin yang mengutip peningkatan produksi kondensat minyak dan gas menjadi 10,7 barel per hari (bph) pada Juni.

Namun dia mengatakan perusahaan energi Rusia harus bersiap menghadapi embargo minyak UE yang akan mulai berlaku sekitar akhir tahun. “Pemerintah saat ini sedang mempertimbangkan opsi untuk mengembangkan infrastruktur kereta api dan pipa untuk memasok minyak dan produk minyak Rusia ke negara-negara sahabat,” kata Putin. ***

Penulis       :     Katadata.co.id

Editor         :     Eko

BERITA POPULER

To Top