JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Wakil Ketua MPR RI Sjarief Hasan menegaskan persyaratan presidential thrashold (PT) sebesar 20% memperkecil peluang anak muda maju menjadi capres 2024. Karena hanya akan terdapat dua calon saja yang akan bertarung pada Pilpres. “”Jadi syarat ambang batas presiden atau presidential threshold (PT) di luar nalar dan akal sehat,” katanya dalam diskusi Empat Pilar MPR RI “Menanamkan Karakter Kepahlawanan pada Generasi Muda di Jakarta, Senin (1/11/2021).
Alasannya, kata Politisi Partai Demokrat, karena PT yang diberlakukan, sudah berulangkali dipakai. Karena itu, pihaknya tetap memperjuangkan agar PT sebesar nol persen. “Ya, lebih baik jika PT 0 persen saja,” ucapnya.
Disisi lain, Sjarief mengingatkan bahwa kepastian pemilu belum jelas. Karena kepastian kapan penyelenggaraan pemilu presiden dan pemilu legislatif belum diputuskan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Apakah Pilpres dan Pilleg akan digabung, ini belum ada keputusan,” paparnya.
Yang jelas, lanjut Mantan Menkop UKM era SBY, PT nol persen membuka peluang bagi semua orang yang akan maju sebagai presiden. Sehingga, rakyat dapat diberikan banyak alternatif. Sebab, jangan sampai alternatif hanya dua pilihan. “Kasih kesempatan pada rakyat untuk memilih pemimpin yang mereka harapkan,” jelasnya.
Dikatakan Sjarief, bahwa kemudian menjadi dua putaran dengan biaya yang tinggi, hal itu menjadi konsekuensi demokrasi agar Indonesia mendapatkan pemimpin terbaik,” imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Fraksi Partai NasDem MPR RI Hillary Brigitta Lasut mengaku tidak setuju bila ada penerapan batas usia maksimal capres. Sebab, hal itu tidak relevan dibandingkan mengubah batas usia minimum capres.“Kalau dibatasi batas usia maksimum saja, maka generasi muda yang akan berlaga dalam pilpres tidak harus bersaing dan menunjukkan kapasitasnya untuk dianggap setara dan layak dengan capres tua. Dalam memimpin, saya berpandangan tidak harus mencari yang muda,” tuturnya.
Dia menambahkan, kapasitas dan kemampuan generasi muda harus sesuai dengan jabatan yang akan diemban. Menurutnya, anak muda tidak perlu diberikan karpet merah dan mendapat keistimewaan khusus.
Karena dia menganggap, kualitas anak muda dengan orang tua jelas berbeda. Dimana generasi yang lebih tua menang pengalaman dan jaringan. Sebaliknya, generasi muda punya ide dan gagasan serta menawarkan masa depan. “Sehingga, apa yang dimiliki oleh anak muda dan orang tua tidak bisa dibandingkan. Saya yakin, anak muda Indonesia tidak memerlukan karpet merah untuk bersaing dengan orang tua,” tegasnya. ***
Penulis : Arpaso
Editor : Budiono