Opini

Mengenal Imam Besar Masjid Istiqlal Menerima Pemimpin Katolik

Mengenal Imam Besar Masjid Istiqlal Menerima Pemimpin Katolik
Dr Andi Jamaro Dulung/Sumber Foto: Dok Pribadi

*) Andi Jamaro Dulung

Ketika Delegasi Najran menemui Rasulullah di Masjid Nabawi pada saat setelah Sholat Ashar. Begitu tiba waktu ibadah, mereka bangun untuk melaksanakan ibadah dalam Masjid. Para sahabat mencegahnya, kemudian Nabi bersabda “biarkan mereka”. Delegasi Najran pun melaksanakan ibadah menghadap ke Timur. Karena itulah, Imam Besar Istiqlal Prof Dr Nasaruddin Umar melakukan hal yang relatif sama, yakni menerima Pemimpin Umat Katolik, Paus Fransiskus di Masjid Istiqlal Jakarta. Lalu kalian mengatakan itu tidak boleh, apa refrensinya?

Saya memperhatikan teman teman yang mengkritik peristiwa kehadiran Paus Katolik di Istiqlal, sebagian adalah sahabat yang saya kenal baik. Bahkan Imam Besar Istiqlal Prof. K.H. Nasaruddin Umar, MA juga saya mengenal sangat baik. Bahkan saya dikader oleh beliau saat menjadi mahasiswa di PMII Makassar dan saya mengenal pribadi  Nasaruddin Umar saat masa remaja sangat bersahaja, namun sosoknya sangat cerdas, apalagi pada materi nilai dasar perjuangan dan Aswaja. Ilmu dan pengetahuan yang mumpuni itu, rupanya beliau peroleh saat mondok di Pesantren As’adiyah dan belajar selama 12 tahun.

Lalu, dilanjutkan dengan mondok di MDIA TAQWA Asuhan Gurutta Kiyai Haji Muhammad Noor Al Allama. Kami masih di PMII, beliau tiba tiba dipilih menjadi Katib Suriyah NU Sulsel oleh Al Magfullah Gurutta K.H. M. Sanusi Baco, LC. Karena kealimannya, Nasaruddin muda ditarik ke Jakarta dan menjadi asisten dosen Prof. DR. Qurais Shihab. Beliau mendampingi sang profesor sambil kuliah di Pascasarjana IAIN Ciputat sampai meraih gelar Doktor. Pada saat bersamaan beliau menimbah ilmu di beberapa Perguruan Tinggi di Amerika Serikat. Menjadi dosen pilihan profesinya dan UIN Syarif Hidayatullah adalah salah tempat pengabdianya sampai pernah diamanahi menjadi Pembantu Rektor.

Pada dekade yang sama terpilih memimpin Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an (PTIQ) sebagai Rektor. Selepas menjabat di UIN, beliau menjabat pada Kementerian Agama sebagai Dirjen sampai Menjadi Wakil Menteri Agama. Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Asrama Haji Donohudan, Solo memberi amanah kepada Prof. Nasaruddin Umar sebagai Katib Aam PBNU untuk mendampingi Rois Aam, KH. Ahmad Sahal Mahfudz. Beliau salah satu penandatanganan dokumen Resmi PBNU ketika itu.

Pada dekade terakhir ini Prof. Nasarudin Umar memimpin pondok pesantren di Kampung Halamannya, Ujung, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Bahkan pada 2023 beliau dipercaya menjadi Ketua Umum PB As’adiyah. Nilai-nilai yang dipetik dalam proses perjalanan hidup beliau yang menjadi kompas dalam berperilaku. Termasuk dalam menentukan behavior atau tindakan menerima pimpinan Agama Katolik di Istiqlal.***

*)Ketua PBNU Periode 2000-2010

BERITA POPULER

To Top