JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Sudah setahun anak sekolah mengalami pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat dampak Covid-19. Karena
prinsip yang menjadi pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan selama pandemi Covid-19 adalah kesehatan dan keselamatan serta tumbuh kembang dan hak anak. “Memang PJJ untuk kesehatan dan keselamatan serta tumbuh kembang dan hak siswa. Tapi, manfaat sekolah tatap muka kenyataannya sulit untuk digantikan dengan PJJ,” kata Mendikbud, Nadiem Makarim seperti dikuti dari situs Kemendikbud, Kamis (1/4/2021).
Nadiem mengaku banyak sekali dampak negatif yang berkepanjangan dengan dilakukannya PJJ, seperti putus sekolah, penurunan capaian belajar, kekerasan pada anak, dan sebagainya.
Namun sebelum melaksanakan sekolah tatap muka, guru dan tenaga kependidikan harus menjalankan vaksinasi terlebih dahulu sebelum membuka sekolah tatap muka.
Pemerintah menargetkan vaksinasi guru, dosen, dan tenaga kependidikan bisa selesai di akhir Juni 2021.
Dengan begitu semua sekolah sudah menjalankan tatap muka di Juli 2021.
“Jadi bukan di Juli 2021 bisa menjalankan sekolah tatap muka, bisa dari sekarang. Tapi, yang benar harapannya semua sekolah sudah jalankan tatap muka di Juli 2021,” terangnya lagi.
Indonesia adalah satu dari empat negara di kawasan timur Asia dan Pasifik yang belum melakukan pembelajaran tatap muka secara penuh.
Sementara 23 negara lainnya sudah melaksanakan sekolah tatap muka.
UNICEF menyebut bahwa anak-anak yang tidak dapat mengakses sekolah secara langsung semakin tertinggal dan dampak terbesar dirasakan oleh anak-anak yang paling termarjinalisasi.
“85% negara di Asia Timur dan Pasifik telah membuka belajar tatap muka. Berdasarkan kajian UNICEF, pemimpin dunia diimbau agar membuka sekolah tatap muka,” jelas dia.
DPR Dukung
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mendukung pelaksanaan sekolah tatap muka.
Hetifah menyampaikan, PJJ yang berkepanjangan sudah banyak dampak negatifnya. Antara lain, kesenjangan hasil belajar dan banyak anak-anak yang mulai putus sekolah.
“Mereka juga bekerja atau menikah di usia dini,” jelas dia.
Senada dengan Hetifah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf mendukung untuk segera dilaksanakan sekolah tatap muka terbatas.
Dia mengatakan sekolah tatap muka dilakukan untuk menghindari
learning loss.
“Kondisi ketika anak-anak akhirnya lebih banyak bermain online, tidur di rumah atau hanya mendengarkan guru tanpa memperhatikan harus kita hadapi dan harus kita ubah,” pungkas dia. ***