JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM– PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berhasil meraup laba bersih Rp 51,4 triliun sepanjang 2022. Posisi laba ini melonjak sekitar 67,15 persen dibandingkan periode sama 2021 yang hanya mencapai Rp33,1 triliun. “Sepanjang Januari hingga Desember 2022, BRI Grup berhasil catatkan keuntungan bersih Rp 51,4 triliun atau tumbuh 67,15 persen secara YoY,” kata Direktur Utama BRI, Sunarso di Jakarta, Senin (13/3/2023).
Lebih jauh Sunarso menambahkan laba bersih yang meningkat tersebut, maka laba per lembar saham juga bertambah menjadi Rp338 per saham pada akhir 2022, jika dibandingkan dengan laba per lembar saham pada Desember 2021, yakni Rp 238 per lembar saham.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) itu, perolehan laba bersih ditopang oleh pendapatan bunga bersih Bank BRI yang mencapai Rp 124,59 triliun meningkat 9,2 persen dibandingkan perolehan yang sama tahun 2021, sebesar Rp 114,09 triliun. Marjin bunga bersih BRI juga mengalami pertumbuhan 6,8 persen secara tahunan. Adapun total aset BRI juga mengalami pertumbuhan doble digit 11,8 persen secara tahunan, menjadi Rp 1.865 triliun dibanding aset tahun sebelumnya sebesar Rp 1.678 triliun. “Keberhasilan BRI group dalam catatkan keuntungan tersebut tidak lepas dari strategi respon yang tepat, yang diambil perseroan dalam menghadapi berbagai tantangan,” jelasnya lagi.
Sunarso mengatakan keberhasilan BRI dalam menjaga bottom line kinerja perusahaan yakni melakukan efisiensi, peningkatan pendapatan fee based income, dan peningkatan kemampuan perolehan recovery rate dari portofolio. Sementara itu, dari sisi penyaluran kredit, total kredit dan pembiayaan BRI Grup mencapai 1.139 triliun, dan secara khusus portofolio kredit mikro BRI tumbuh double digit, sebesar Rp 13,9 triliun secara tahunan (YoY). “Porsi kredit UMKM meningkat mencapai 84,74 persen, sementara pendapatan BRI dari dana masyarakat yang dihimpun hingga Desember 2022, tumbuh 14,86 persen secara tahunan menjadi 1.307 triliun,” tuturnya.
Adapun NPL bersih (net) BRI sedikit mengalami peningkatan menjadi 0,73 persen dari tahun sebelumnya 0,7 persen, dan NPL coverage tercatat senilai 305,73 persen. Adapun didominasi dana murah atau CASA BRI mencapai porsi 66,7 persen, atau merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah BRI.
“Keberhasilan BRI dalam mencatatkan keuntungan tersebut, tidak lepas dari strategi, dan respon yang tepat yang diambil oleh perseroan dalam menghadapi berbagai tantangan,” imbuhnya.
Bagikan Dividen
Dikatakan Sunarso, BRI membagikan dividen 85 persen dari laba bersih konsolidasian tahun 2022 yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan nilai sebesar Rp43,94 triliun. Dividen tunai yang dibagikan tersebut sudah termasuk jumlah dividen interim yang telah dibagikan kepada pemegang saham pada 27 Januari 2023 sejumlah Rp8,60 triliun. “Sehingga sisa jumlah dividen tunai yang akan dibayarkan kepada pemegang saham BBRI sekurang-kurangnya sebesar Rp34,89 triliun,” terangnya.
Sunarso menuturkan sepanjang 2022 BRI mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja yang kuat dan berkelanjutan di tengah ketidakpastian ekonomi global, sehingga memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 85 persen dari laba bersih konsolidasian tahun 2022, sedangkan sisanya sebesar 15 persen atau senilai Rp7,67 triliun digunakan sebagai laba ditahan.
Untuk dividen yang menjadi bagian Republik Indonesia atas kepemilikan sekurang-kurangnya 53,19 persen saham atau Rp23,15 triliun akan disetorkan kepada Rekening Kas Umum Negara. “Ini merupakan bukti nyata kontribusi untuk negeri, bahwasannya BRI merupakan banknya rakyat, berbisnis dengan rakyat dan diproses dengan caranya rakyat. Keuntungannya dikembalikan kepada rakyat Indonesia melalui setoran dividen dan pajak kepada negara,” ujarnya.
Sunarso mengatakan penetapan dividend payout ratio sebesar 85 persen tersebut mempertimbangkan bahwa saat ini BRI memiliki struktur modal yang kuat dan likuiditas yang optimal dalam rangka ekspansi bisnis dan antisipasi risiko yang mungkin terjadi pada masa mendatang. “Dengan rasio pembayaran dividen sebesar 85 persen, CAR (Capital Adequacy Ratio) perseroan tetap terjaga di kisaran 20 persen untuk jangka panjang,” pungkasnya. ***
Penulis : Chandra
Editor : Chandra
