*) Mulyadin Permana
Hingga saat ini Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) terus mencari sosok yang bisa diterima oleh semua pihak sebagai Calon Wakil Presiden Anies Baswedan. Sosok cawapres yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat harus merepresentasikan suara rakyat dari bawah atau mewakili kalangan populis. Cawapres populis berarti mampu mewakili mayoritas suara masyarakat dan memiliki basis dukungan politik yang kuat.
Di Indonesia, kalangan tradisional yang memiliki basis dukungan massa yang besar adalah Nahdlatul Ulama (NU). Isu yang berkembang bahwa KPP terus mencari Cawapres yang merepresentasikan suara NU untuk Anies Baswedan. Tokoh NU, diyakini bisa mewakili suara mayoritas Muslim tradisional, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sosok representasi dari NU yang belakangan mencuat adalah Yenny Wahid, Puteri mantan Presiden Gus Dur.
Sebagai relawan Anies Baswedan, PeranNU (Pergerakan Aktivis Nahdliyin Nusantara) sangat berharap bahwa calon wakil presiden yang dipilih oleh Anies Basweda bersama KPP adalah tokoh NU. PeranNU menyakini bahwa tokoh NU bisa diterima oleh semua kalangan, kelompok, golongan, dan seluruh lapisan masyarakat karena komitmen kebangsaan NU yang sangat kuat.
Apalagi sosok yang dipilih adalah puteri mendiang Gus Dur, Yenny Wahid. Ini sangat kuat mendokrak elektabilitas Anies. Alasannya, pertama, tidak ada yang meragukan ke-NU-an Yenny Wahid. Bahkan dipandang sangat representatif mewakili NU, karena merupakan cicit tokoh utama pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari, yang juga pahlawan nasional. Kedua, komitmen kebangsaan Yenny Wahid melekat pada dirinya melalui aktivitasnya selama ini sebagai aktivis Nahdlatul Ulama yang berjuang bagi kemaslahatan masyarakat, kedamaian, persatuan, dan memupuk nilai toleransi baik di dalam maupun di luar negeri.
Yenny Wahid sangat aktif mempromosikan Islam moderat dan toleran ala Indonesia di dunia internasional dan terus menjaga hubungan baik dengan berbagai tokoh penting di berbagai negara. Bahkan, hampir setiap duta besar negara luar yang ada di Indonesia pernah bertemu dan berdiskusi dengan Yenny Wahid tentang nilai-nilai ke-Islam-an dan Ke-Indonesia-an.
Selain itu, Yenny Wahid merupakan representasi perempuan satu-satunya yang akan bertarung di Pilpres 2024. Hal ini sangat menguntungkan bagi siapa saja Capresnya, khususnya Anies Baswedan. Anis-Yenny masih sama-sama muda. Bisa menarik suara pemilih pemula dan generasi muda yang mayoritas saat ini. Menurut sensus penduduk tahun 2020, jumlah pemuda (generasi millenial dan Gen Z) kita 53,81 persen atau sekitar 145 juta orang dari total 270,20 juta penduduk Indonesia.
Duet Anies-Yenny memiliki banyak kesamaan, yaitu masih muda, cerdas, sama-sama cicit pahlawan nasional, lulusan kampus bergengsi dari luar negeri, punya komitmen kebangsaan yang kuat, dan pergaulan internasionalnya sangat luas. Di dalam negeri, Anies-Yenny masing-masing memiliki basis dukungan politik sendiri. Anies didukung oleh kalangan Islam modern, Yenny punya basis Islam tradisional, tetapi sama-sama tokoh muda nasionalis yang bisa diterima oleh semua kelompok, agama, dan golongan, dan seluruh lapisan masyarakat.
Jika kombinani Anies-Yenny ini bisa terjadi di Pilpres 2024, kemungkinan besar akan memenangkan pertarungan. Pertarungan anak muda yang masih energik dengan segudang prestasi dan kecerdasan tinggi melawan orang-orang tua yang sudah berambut putih yang mungkin kurang update memikirkan kebutuhan generasi muda yang semakin canggih dan modern ke depan.
Untuk memenangkan pertarungan Pilpres 2024 yang kemungkinan besar diikuti oleh 3 pasangan calon, PeranNU akan berjuang all out dengan seluruh instrumen di seluruh pelosok tanah air untuk mendukung calon presiden terbaik dan khsususnya calon wakil presiden yang merupakan representasi dari warga Nahdlatul Ulama, Anies-Yenny.***
*) Sekjen Pergerakan Aktivis Nahdliyin Nusantara dan Kandidat Doktor Antropologi UI