JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Anggota Komisi VI DPR, I Nyoman Parta mendesak Dirut ID Food, Sis Apik Wijayanto berani melakukan perombakan manajemen sejumlah perusahaan yang tergabung dalam Holding BUMN pangan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar BUMN yang mengelola komoditas pangan strategis tersebut bisa menggenjot kinerja keuangan. “Kalau saja iklim dalam perusahaan itu tidak dibenahi, saya khawatir Pak Sis akan tergulung dalam situasi seperti itu, kasihan orang hebat dari BNI menjadi sia-sia, ketika ada di RNI,” katanya di, Kamis (11/7/2024).
Parta-sapaan akrabnya memahami posisi Dirut ID Food, Sis Apik Wijayanto yang baru saja diangkat oleh Meneg BUMN, Erick Thohir. “Saya tidak tahu, apakah bapak sudah melakukan konsolidasi terhadap 16 anak perusahaan, karena bapak baru menjabat,” ujarnya lagi.
Parta-sapaan akrabnya menyoroti tugas pokok ID Food yang begitu besar dan strategis. Mulai dari urusan daging sapi, minyak goreng, telur ayam, cabai, bawang putih, bawang merah, ikan kembung, dan daging kerbau. “Bahwa semua komiditi strategis itu sangat laku dipasaran. Jadi harusnya setelah bergabang dalam ID Food, semua perusahaan-perusahaan itu menjadi untung, sayangnya di dalamnya masih banyak perusahaan yang sakit,” terangnya.
Dengan sejumlah komoditas pangan yang besar itu, sambung Legislator peraih suara terbanyak dari Pulau Dewata itu, harusnya ID FOOD bisa bangkit menjadi BUMN hanya sehat dan menguntungkan bagi negara. “Jadi catatan saya, virus-virus buruk yang ada dalam perusahaan itu harus dihilangkan dulu, Pak Sis harus berani bongkar habis semuanya,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama ID FOOD Sis Apik Wijayanto mengungkapkan BUMN Holding Pangan ID FOOD dibalik tidak maksimalnya kinerja perusahaan pada 2019-2022 lalu. Hal ini karena ada beban utang perusahaan yang terhitung tinggi mencapai Rp8,2 triliun. Penyebabnya, oleh sumber pendanaan, permasalahan kolektabilitas, dan profitabilitas perusahaan yang di bawah rata-rata industri sejenis.
“Performa ID FOOD yang belum optimal ini karena beberapa hal di tahun 2019-2022 ada beberapa permasalahan diantaranya adalah sumber pendanaan, permasalahan kolektabilitas, selain itu profitabilitas di bawah rata-rata industri sejenis, kemudian beban utang tinggi yaitu Rp 8,2 triliun,” beber Sis Apik dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Lebih lanjut, Sis Apik mengungkapkan untuk bisa menggenjot kinerja perusahaan yang kurang maksimal dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, dia mengatakan dibutuhkan akselerasi dan perbaikan kinerja untuk program ketahanan pangan nasional. “Selanjutnya terkait kinerja ID FOOD 5 tahun terakhir, ID FOOD perbaikan kinerja diperlukan akselerasi agar ID FOOD berperan untuk program ketahanan pangan pangan nasional termasuk kemandirian pangan nasional,” tambahnya.***
Penulis : Budiana
Editor : Budiana
