Nasional

Jelang Muktamar NU, INKOPTANU Bantu 500 Ribu Botol Air Minum

Jelang Muktamar NU, INKOPTANU Bantu 500 Ribu Botol Air Minum
INKOPTANU (Induk Koperasi Tani Nahdlatul Ulama) yang memiliki produk air mineral SHOFA bakal menyediakan 500 ribu botol untuk keperluan minum para peserta muktamar/foto PBNU

JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM – Perhelatan besar Muktamar ke-34 NU yang bakal berlangsung di Provinsi Lampung mendapat dukungan berbagai sarana dan akomodasi dari sejumlah pihak. INKOPTANU (Induk Koperasi Tani Nahdlatul Ulama) yang memiliki produk air mineral SHOFA bakal menyediakan 500 ribu botol untuk keperluan minum para peserta muktamar (muktamirin).

“Kami bermaksud berkontribusi dalam penyediaan air minum dengan menjadi official product pada penyelenggaraan Muktamar NU,” ujar Kepala Sekretaris Manajemen INKOPTANU, Udin Wiratno, Jumat (3/12/2021).

Udin menegaskan bahwa produk air minum yang disediakannya itu sepenuhnya gratis untuk muktamirin. Ada sebanyak 20.833 dus atau setara 500.000 botol air minum SHOFA yang bakal disediakan di arena muktamar.

Sementara itu, Ketua Panitia Muktamar ke-34 NU, M. Imam Aziz mengatakan bahwa dirinya mengapresiasi sejumlah pihak yang ingin berkontribusi terhadap penyelenggaraan Muktamar NU di Lampung.

“Berbagai sumbangan terus mengalir ke Panitia Muktamar NU. Bantuan air minum kemasan dari INKOPTANU sudah diserahterimakan,” kata Imam Aziz.

Dia menekankan tentang prinsip kemandirian yang menjadi tema besar Muktamar ke-34 NU, Menuju Satu Abad: Membangun Kemandirian Warga untuk Perdamaian Dunia

Menurut Imam Aziz, kemandirian warga NU di bidang ekonomi secara umum, belum sampai pada cita-cita yang diharapkan selama ini. Menurutnya, mandiri itu berarti berdaulat. Saat ini, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya tetapi belum mampu berdaulat, sehingga secara ekonomi pun bisa mandiri.

“Kalau dalam teori makro-ekonomi bahwa yang disebut kemandirian itu akan berbasis pada beberapa hal. Pertama, soal pengetahuan dan intelektual. Ini lebih kepada pengembangan sumber daya manusia. Saya kira, kita harus rendah hati mengakui bahwa kita belum sampai pada taraf pengetahuan yang cukup untuk dijadikan sebagai landasan,” kata Imam Aziz.

Penukis: Arpaso

Editor: Kamsari

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top