Investasi

Menkeu: Transisi Energi Perlu Butuh Dana Investas Rp7.500 Triliun

Menkeu: Transisi Energi Perlu Butuh Dana Investas Rp7.500 Triliun
Menkeu Sri Mulyani sedang serius dengan Ketua Banggar, Said Abdullah/Foto: Anjasmara

BALI, SUARAINVESTOR.COM-–Pemerintah mengungkap bahwa nilai investasi proyek transisi energi sangat mahal, yakni mencapai US$500 Miliar. Nilai itu setara dengan Rp7.500 triliun (kurs Rp 15.000 per dollar AS). Maka dari itu support dari global sangat dibutuhkan untuk mendorong program transisi energi ini. “Jika kami tidak menghitungnya secara cermat akan sangat berimplikasi bagi masyarakat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani melalui virtaul, Kamis (14/7/2022).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menambahkan investasi yang dibutuhkan untuk proyek energi bersih ini tidak sedikit. Sedangkan posisi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saat ini terbagi porsinya untuk jaring pengaman sosial melalui skema subsidi. “Bahkan ini juga akan berimplikasi kepada PLN sebagai perusahaan listrik kami,” terangnya lagi.

Lebih jauh kata Ani-sapaan akrabnya, soal mahalnya investasi pembangunan pembangkit EBT, karena secara bertahap ada langkah mengistirahatkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang saat ini sedang dilakukan oleh PLN. “Apalagi, selama ini suku bunga cenderung sangat tajam dan ini sangat berat. Jika tidak ada support global maka rencana ini tidak bisa ter- deliver secara cepat,” paparnya lagi.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kapasitas daya listrik di Indonesia saat ini mencapai sekitar 63 gigawatt (GW). Pertumbuhan permintaan terus bertambah setiap tahun sehingga pada 2060 mendatang kebutuhan listrik bisa mencapai 200 GW. “Untuk menjawab tantangan tersebut, PLN butuh tambahan pendanaan minimal 500 miliar dollar AS. Sehingga satu-satunya cara maju adalah dengan melalui kolaborasi kebijakan, strategi, hingga investasi,” ujar Darmawan.

Darmawan mengatakan, untuk mendorong transisi energi, kolaborasi semua pihak sangat penting. Namun jika dalam menjalankan proyek transisi ini bergantung pada anggaran pemerintah saja, maka tidak akan bisa berkelanjutan. “Karena di sana ada anggaran untuk penanganan stunting, pengentasan kemiskinan, hingga pendidikan untuk kelompok miskin yang juga sangat penting,” ungkap Darmo-sapaan akrabnya.

Menurut Darmawan, semua membutuhkan kolaborasi kebijakan, teknologi, dan investasi. Karena transisi energi membutuhkan pendanaan yang besar. “Dengan kerja sama ini, kami jadi sadar tidak menghadapi krisis ini sendiri,” ujar Darmawan.

Dari tahun 2017 hingga tahun 2021, pemerintah menggelontorkan subsidi untuk listrik sebesar Rp 243,3 triliun dan kompensasi sebesar Rp 94,17 triliun. Pada tahun ini, pemerintah masih memberikan dukungan subsidi dan kompensasi sebesar Rp 125 triliun, yang terdiri atas subsidi Rp 62 triliun dan kompensasi Rp 63 triliun.***

Penulis   : Iwan Damiri
Editor     : Kamsari

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top