Industri & Perdagangan

DPR Pertanyakan Model Bisnis Holding BUMN Farmasi Paska Pandemi

Rudi Hartono Bangun Menyoroti Masalah Pelayanan
Anggota Komisi VI DPR Fraksi Nasdem, Rudi Hartono Bangun dalam RDP dengan BUMN Farmasi/Foto: Anjasmara

JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Laporan kinerja keuangan Holding BUMN Farmasi, yakni PT.Bio Farma pada 2021 diragukan DPR. Berdasarkan paparan laba bersih Holding tersebut sebesar Rp 1,93 triliun (2021) atau tumbuh 567,89 persen dibandingkan kinerja pada tahun sebelumnya.

“Maaf ya Pak, laporan keuangan yang bapak sampaikan ini, saya tidak terlalu percaya, mungkin hanya 35% yang dipercaya. Karena banyak laporan dari RDP yang saya dapat, ternyata tidak bagus. Jadi saya lebih percaya auditnya BPKP, artiya apa adanya atas perintah DPR,” kata Anggota Komisi VI DPR, Rudi Hartono Bangun dalam rapat Komisi VI DPR RI Rapat Dengar Pendapat dengan Direktur Utama PT. Biofarma (Persero), Pembahasan Mengenai Kinerja Korporasi dan Pembahasan RKAP Tahun Anggaran 2022, Senin (23/5/2022).

Dari pengalaman selama Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan sejumlah BUMN, kata Rudi, pihaknya hanya mendengar laporan keuangan yang bagus-bagus saja. “Mereka selalu memaparkan keuangan yang baik, tapi kenyataannya dalam BUMN itu ada yang tidak beres. Rupanya laporan itu hanya untuk menutupi saja, bahkan harta BUMN ada yang dicuri,” ujarnya.

Lebih jauh Rudi mengungkapkan pendapat Holding BUMN Farmasi yang tumbuh hingga 20% itu lebih disebabkan penugasan negara, bukan karena inovasi bisnis. “Coba saja lihat kinerja pada 2018-2019, ada atau tidak kenaikan pendapatan sampai 20%,” ungkapnya.

Dalam situasi normal, alias tidak ada pandemi, kata Politisi Nasdem ini kemudian mempertanyakan model bisnis yang bisa dilakukan BUMN Farmasi ini agar tetap eksis ke depan. “Jadi model bisnis apa, yang bapak lakukan kalau ini sudah menjadi endemi, supaya tidak bergantung seperti ini, baik Bio Farma, Indo Farma maupun Kimia Farma,” terangnya.

Bahkan Legislator dari Dapil Sumut III menyoroti kucuran PMN senilai Rp2 Trilun yang tidak dijelaskan penggunaannya oleh BUMN Farmasi tersebut. “PMN inikan dari uang rakyat yang dipungut melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani, jadi tolong dijelaskan untuk apa saja. Di sini bapak belum menjelaskan secara detail,” tutur Rudi lagi.

Ditempat yang sama, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir membeberkan kinerja Holding BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero) yang mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 1,93 triliun pada 2021.

Laba ini tumbuh 567,89 persen dibandingkan kinerja pada tahun sebelumnya. Capaian laba bersih tersebut juga setara 186,9 persen dari target dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2021. “Kenaikan ini tidak lain karena dampak proses penanganan pandemi Covid-19 di grup kami, baik yang sifatnya penugasan ataupun yang langsung kami lakukan di sektor reguler,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (23/5/2022).

Sejalan dengan capaian laba, Bio Farma mencatatkan pendapatan sebesar Rp 43,3 triliun atau mencapai 253,7 persen dari target RKAP 2021. Capaian pendapatan tersebut juga tumbuh 20,23 persen dibandingkan tahun 2020.

Honesti mengatakan, kenaikan pendapatan perseroan utamanya didominasi dari pengadaan vaksin Covid-19 untuk pemerintah yang sebesar Rp 26,81 triliun. “Di samping itu kami juga mendapatkan kenaikan pendapatan dari sinergi dengan semua anak usaha, mulai dari alat kesehatan, suplemen, obat-obat terapeutik seperti favipiravir dan oseltamivir, dan tentu vaksin itu sendiri,” pungkasnya. ***

Penulis   : Iwan Damiri
Editor     : Eko

 

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top