JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM– Bank Mandiri memprediksi Bank Sentral AS atau The Fed akan mempertahankan suku bunga di level 5,25-5,50 persen pada pertemuan bulan Juli 2024. Hal ini karena The Fed masih berhati-hati untuk melakukan pemangkasan suku bunga sebelum angka inflasi konsisten turun mendekati target yang sebesar 2 persen.
“Diperkirakan The Fed hanya akan menurunkan FFR (Fed Fund Rate) sebanyak satu kali pada tahun ini, lebih kecil dibandingkan rencana sebelumnya sebanyak tiga kali pada Maret 2024,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro di Jakarta, Jumat, (6/7/2024).
Hal ini, kata Asmo-sapaan akrabnya, menyebabkan aliran dana asing masih keluar dari pasar domestik dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih berlanjut. Data terakhir AS yang membaik diharapkan dapat mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga menjelang akhir tahun sehingga dapat membuat rupiah menguat dan menarik aliran dana asing masuk ke Indonesia.
Secara teknikal, rupiah akan cenderung bergerak ke kisaran 16.300 – 16.500 per dolar AS.
Asmo menganalisa berdasarkan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC Meeting) terakhir, mayoritas pejabat The Fed mengatakan bahwa ada potensi penurunan suku bunga The Fed menjelang akhir tahun.
Pada saat yang sama mereka juga menunjukkan tingkat kekhawatiran berbeda terkait risiko penurunan suku bunga. Hal ini menunjukkan bahwa The Fed masih berhati-hati dalam penentuan pemangkasan suku bunga.
Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi telah kembali mengalami penurunan, tetapi tidak mengatakan apakah The Fed sedang menyiapkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September 2024.
Kendati laporan inflasi baru-baru ini cukup menjanjikan, namun The Fed masih membutuhkan lebih banyak bukti dari data lainnya sebelum menurunkan suku bunga.
Berdasarkan perkiraan pasar (CME Group), per 5 Juli 2024, penurunan suku bunga The Fed pertama di tahun ini akan terjadi pada September 2024, dengan probabilitas sebesar 66,5 persen dan penurunan kedua pada Desember 2024 dengan probabilitas sebesar 45,2 persen.
Investor akan mencermati laporan dari sektor tenaga kerja AS pada hari ini. Para ekonom memperkirakan adanya penambahan non-farm payrolls sebesar 190 ribu pada Juni 2024, lebih rendah dari bulan sebelumnya.
“Sementara angka pengangguran AS diestimasi masih akan bertahan di level 4 persen. Diharapkan bahwa data akan menunjukkan perekonomian melambat secara terbatas untuk membuktikan bahwa inflasi terkendali, namun tidak sampai menyebabkan resesi,” ujar Asmo.
Adapun ia melampirkan, indeks pasar saham Asia bergerak melemah dengan Shanghai turun sebesar 0,29 persen menjadi 2.949,1 dan Hang Seng turun sebesar 0,86 persen menjadi 17.872,8.
Sementara, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,34 persen ke level 7.245,2 di mana delapan dari sebelas sektor yang diperdagangkan menguat, dipimpin oleh sektor industri.
Sementara imbal hasil obligasi IDR pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun turun 1,3 bps menjadi 7,00 persen. Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury Notes) acuan tenor 10 tahun turun 0,6 bps menjadi 4,35 persen.***
Penulis : Chandra
Editor : Budiana