Market

Temui Xi Jinping Demi Jaga Pasar Ekspor, Pengamat: Strategi Jokowi Guna Hindari Resesi Ekonomi

Temui Xi Jinping Demi Jaga Pasar Ekspor, Pengamat: Strategi Jokowi Guna Hindari Resesi Ekonomi
Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden RRT Xi Jinping, di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse, Beijing, Selasa (26/07/2022). (Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev)/Setkab.go.id

JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping mempunyai makna sangat besar bagi kedua negara, terutama demi menghindari resesi ekonomi. Ada sinyal yang sangat kuat dari kedua pemimlin negara ini untuk mengantisipasi dampak resesi serta sekaligus melawan kekalutan ekonomi dan politik yang terjadi di Uni Eropa. “Ya saya kira demikian. Karena beberapa negara sudah mengalami kebangkrutan ekonomi, jadi kita perlu mengambil langkah cepat. Langkah Jokowi ke China, salah satunya membangun market dan trust para investor China,” kata Pengamat Ekonomi, Rosdiana Sijabat kepada wartawan di Jakarta, Rabu (27/7/2022).

Wakil Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi Unika Atmajaya, Jakarta ini menjelaskan bahwa Presiden Jokowi melihat China sebagai kekuatan ekonomi yang perlu dipelihara dengan baik, karena saat ini China merupakan raksasa ekonomi. Begitu pula sebaliknya, lanjut Alumnus FEB UGM, China memiliki kepentingan yang sama terhadap ekonomi Indonesia. “China menjadi pasar ekspor yang cukup besar, sekitar 22% total pasar ekspor menuju Negeri Tirai Bambu. Jadi tentu penting untuk menjaga keberlangsungan produk-produk domestik Indonesia di pasar China,” ungkapnya lagi.

Hal penting lainnya, kata Rosdiana, barang-barang impor dari China terutama bahan baku yang masuk, untuk mendukung kelangsungan industri manufaktur Indonesia. “Sehingga barang-barang itu bisa mendorong produktifitas industri nasional. Jadi Jadi dari sisi ekspor dan impor sama pentingnya,” ujar Dosen FEB

Menurut Alumnus Flinders University, Australia, saat ini posisi Indonesia menjadi lima besar eksportir dunia ke China. Oleh karena itu, peran Indonesia dalam menjaga supply barang ke China semakin besar. “Pun sebaliknya, China menjadi investor terbesar ke tiga, setelah Singapura dan Hongkong. Negara ini punya posisi penting sebagai sumber modal asing. Apalagi banyak proyek infrastruktur Indonesia yang dibiayai dari perbankan China. Karena itu sangat strategis sekali posisi China untuk Indonesia.”

Langkah Jokowi dinilai sebagai strategi yang tepat, sambung Rosdiana, kebijakan ini semata-mata untuk mengamankan pasar ekspor demi peran penting ekonomi Indonesia. Bahwa harus diakui, China juga mempunyai peran besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Jadi ini, salah satu cara menghindari dampak resesi ekonomi, dengan menghidupkan perdagangan internasional dan menarik investasi China,” imbuhnya.

Sebelumnya, Survei Bloomberg mencatat Indonesia masuk dalam deretan negara yang berpotensi mengalami resesi. Namun, Indonesia bukan negara yang terparah dalam hal resesi, mengingat Indonesia berada pada posisi ke-14. Negara terancam resesi yang paling pertama adalah Sri Lanka dengan persentasi 85 persen. Menyusul, New Zealand 33 persen, Korea Selatan, dan Jepang 25 persen. Kemudian, 20 persen masing-masing untuk China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan. Sementara itu, Malaysia 13 persen, disusul oleh Vietnam dan Thailand 10 masing-masing 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen. ***

Penulis  : Iwan Damiri
Editor    : Eko

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top