JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Kemiskinan masih menjadi problem utama di Indonesia. Salah satu, karakteristik orang miskin adalah kurang berpendidikan. “Dengan pendidikan yang baik, maka akan memutus mata rantai kemiskinan dan kebodohan
(terbelakang),” kata Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR Achmad Hafisz Tohir saat dimintai tanggapan soal Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada Minggu (2/5/2021).
Dengan mengucapkan selamat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Politisi PAN ini berharap Indonesia lebih maju.”Salam untuk Indonesia yang lebih Baik,” ucapnya.
Karena itu, kata Anggota Komisi XI DPR, pendidikan merupakan senjata yang paling strategis dan ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. “Makanya bangsa yang cerdas adalah bangsa yang mengutamakan investasi ilmu dan pendidikan di atas segalanya,” ungkapnya lagi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, lulusan universitas tercatat 12,36 juta orang atau 9,63% dari jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini. Lulusan ini masih terbilang kecil.
Oleh sebab itu, sambung Hafisz lagi, untuk menjadikan bangsa yang unggul, maka sumber daya manusia (SDM) harus berkualitas dan negara wajib hadir. “Didalam Preambule UUD 45 terdapat kata kata “Negara ikut mencerdaskan kehidupan bangsa”, artinya kecerdasan serta ilmu menjadi hak bagi seluruh warga dalam memperoleh pendidikan,” imbuhnya.
Data BPS menyebutkan jumlah penduduk bekerja yang berpendidikan SD ke bawah pada Agustus 2020 tercatat 49,96 juta orang atau 38,89% dari jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia 128,45 juta orang.
Posisi kedua ada lulusan SMA yang tercatat sebanyak 24,34 juta orang atau 18,95% dari total angkatan kerja. Kemudian disusul oleh lulusan SMP yang tercatat 23,47 juta orang atau 18,27%. ***