JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM–Perusahaan-perusahaan asing kian banyak yang memilih memindahkan fasilitas manufaktur mereka dari China ke negara-negara lain sebagai pusat produksi.
Kondisi ini terjadi lantaran perseteruan antara China dan Amerika Serikat yang kian memanas. Strategi yang dikenal sebagai China Plus One ini, ketika perusahaan melebarkan sayap ke luar China, justru sangat menguntungkan Malaysia. Negara jiran itu merupakan negara eksportir semikonduktor terbesar keenam dunia.
Malaysia telah mencuri start 50 tahun lebih dulu di sektor ini sejak Intel membuka pabrik internasional pertama mereka di negara bagian Penang di bagian utara.
Perusahaan chip raksasa asal Amerika Serikat ini juga diproyeksi akan membangun pabrik lainnya di Penang, yang akan menjadi fasilitas luar negeri pertama Intel untuk pengemasan chip 3D.
Dengan banyaknya perusahaan semikonduktor dan kendaraan listrik yang pindah ke Asia Tenggara untuk menghindari pembatasan perdagangan dan memperkuat rantai pasokan, Malaysia kini berada di posisi yang sangat menguntungkan.
Ekosistem yang telah terbentuk di Malaysia-terutama di Penang dan Kulim di negara bagian Kedah telah menjadi magnet bagi berbagai perusahaan teknologi. Langkah itu diambil untuk mengurangi risiko (de-risk) di tengah persaingan sektor teknologi canggih yang ketat antara AS dan China.
Samuel Tan, konsultan properti di Malaysia sekaligus direktur eksekutif GV International Property Consultants, kepada CNA mengatakan: “Kami bersahabat baik dengan China maupun AS.
“Karena perang dagang di antara mereka, Malaysia menjadi saluran yang tepat untuk menyeimbangkan perang dagang antara kedua negara ini,” Ujar Tan seperti dikutip dari ChannelNewsAsia.com (CNA), Rabu 24/4/2024).
Dia menambahkan bahwa negara-negara Eropa (juga) pindah ke Malaysia karena mereka ingin mengekspor produk ke China.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sebelumnya aktif bepergian ke luar negeri untuk merayu para investasi di sektor teknologi tinggi.
Malaysia telah mengalami peningkatan yang stabil untuk investasi asing langsung (FDI) di sektor teknologi sejak 2021. Di antara FDI terbesar datang dari Intel dan perusahaan cip raksasa lainnya, Infineon Teknologi, yang masing-masing berinvestasi US$7 miliar untuk lebih dari sekadar pengemasan, perakitan dan pengujian produk.
Selain itu ada raksasa teknologi Austria AT&S yang memproduksi papan sirkuit kelas atas di Malaysia. Sementara pembuat chip Amerika Nvidia bekerja sama dengan konglomerat Malaysia YTL untuk mengembangkan awan kecerdasan buatan dan infrastruktur superkomputer bernilai miliaran dolar.***
Penulis: ChannelNewsAsia.com
Editor : John Andhi Oktaveri