JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM–Rencana Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membentuk Presidential Club menuai polemik di kalangan politisi Senayan dengan berbagai alasan. Ketua Fraksi PAN di DPR Saleh Partaonan Daulay mengatakan rencana Prabowo itu akan sulit terwujud akibat adanya perbedaan ideologis dan sosial politik. Menurut Saleh, dalam keterangan persnya dalam menanggapi wacana Presidential Club, semua orang bisa membaca posisi ideologis dan sosial politik semua mantan presiden kita. Karena itu di antara mereka kadang ada persoalan komunikasi yang selama ini terkesan terputus dan itu tidak mudah untuk dijalin kembali.
Pendapat itu disampaikannya setelah awalnya isu itu digulirkan oleh jubir Presiden terpilih RI periode 2024-2029 Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak. Presidential Club ialah wacana mempertemukan para kepala negara Indonesia seperti Prabowo, Joko Widodo (Jokowi), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Megawati Soekarnoputri.
Pada dasarnya Prabowo menginginkan para pemimpin RI bisa guyub dalam membangun bangsa untuk merumuskan kebijakan strategis. Menurut Saleh, keinginan Prabowo bertemu para Presiden RI pendahulu bakal sulit dilaksanakan, apalagi peserta acaranya ialah politikus hebat dengan agenda kebangsaan masing-masing. “Dari Pilpres kemarin saja, kita sudah bisa melihat adanya perbedaan lingkup pemikiran dalam membangun Indonesia. Ada yang ingin perubahan, ada yang ingin keberlanjutan dan penyempurnaan, serta ada yang ingin perubahan dan perbaikan,” kata legislator Daerah Pemilihan II Sumatera Utara itu.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung mendukung pembentukan klub presiden tersebut. Menurutnya, klub presiden ini bisa membantu presiden terpilih untuk menjalankan pemerintahan yang lebih baik. Denga adanya klub tersebut, ujarnya, Prabowo bisa mendapatkan saran dan masukan dari presiden sebelumnya berdasarkan pengalamannya. “Jadi ide itu bagus kalau itu bisa diwujudkan ya luar biasa. Mungkin Pak Prabowo dan presiden berikutnya akan lebih mudah bekerja karena dibantu oleh mantan presiden atau para tokoh yang pernah memimpin Indonesia,” katanyai, Senin (6/5). Dia menilai kerja sama antara para tokoh, dan mantan pimpinan negeri ini dibutuhkan untuk menciptakan kerukunan dan solidaritas di Indonesia.
“Bangsa ini bangsa yang besar problematikanya juga tidak kecil. Jadi kita membutuhkan situasi yang kondusif. Itu bisa jadi preseden, teladan buat kita bahwa untuk membangun Indonesia membutuhkan kerukunan, solidaritas, dan bersinergi,” katanya.***
Penulis : John A Oktaveri
Editor : John A Oktaveri