JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Langkah anak usaha PT. Telkom Indonesia, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang menargetkan Initial Public Offering (IPO) pada 16-18 November 2021 mendapat kritik keras DPR. Bahkan DPR meragukan kesiapan Mitratel untuk listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Kalau saya melihat data presentasi ini, Mitratel ini masih pemain jago kandang. Sebab dilihat dari finacial rationnya paling rendah,” kata anggota Komisi VI DPR, Deddy Yevri Hanteru Sitorus dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan PT. Telkom Indonesia, terkait Pembahasan Mengenai Progres IPO Anak Perusahaan PT. Telkom Indonesia (Persero) Tbk (PT. Dayamitra Telekomunikasi/Mitratel), di Jakarta, Rabu, (10/11/2021).
Lebih jauh Anggota Fraksi PDIP mengaku heran dengan kinerja Mitratel, karena memiliki tower paling banyak, namun financial rationya rendah. Bahkan yang paling banyak memakai towernya adalah Telkom dan Telkomsel. “Jelas ini belum jadi anak macan, baru anak kucing. Kenapa financial rationya bisa jeblok seperti ini, apa kendalanya?,” ucapnya lagi.
Legislator dari Dapil Kalimantan Utara ini menjelaskan ada sejumlah pemain besar tower di Indonesia, yakni Protelindo (Jarum Group), PT Tower Bersama Tbk (TBIG), PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), dan PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). “Kalau salah satu mengakuisisi yang lain, jelas kalah Mitratel. Ambil contoh, kalau TIBG gabung sama perusahaan lainya, maka Mitratel tak lagi jadi yang terbesar,” ujarnya.
Menurut Deddy, banyak sekali Pekerjaan Rumah (PR) Mitratel yang harus dikerjakan ke depan. “Jadi saya minta tolong dijelaskan roadmapnya seperti apa, setelah mendapat dana besar dari IPO.”
Karena itu, Deddy tak bosan-bosannya meminta rencana detail bisnis Mitratel ke depan. “Apa bisnis plan baru Mitratel, apa hanya itu-itu lagi. Selain hanya pembelian Tower, saya belum melihat bisnis Mitratel yang baru. Karena kalau nanti sudah beroperasi teknologi 5G, apa masih relevan langkah-langkah akusisi Tower,” imbuhnya.
Dikatakan Deddy, DPR menunggu langkah selanjutnya bahwa IPO ini benar benar membawa dampak positif, tidak hanya pada PT.Mitratel tapi juga kepada PT.Telkom. “Supaya menjadi player yang tidak hanya disegani di dalam negeri tapi juga di luar negeri,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama Telkom Indonesia Ririek Adriansyah mengungkapkan saat ini perusahaan tengah menantikan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa didapatkan pada 12 November 2021. Sehingga menargetkan penawaran umum pada 16-18 November 2021. “Kemudian 19 November akan ada alokasi final, terakhir proses ini akan ditutup secara resmi masuk kepada listing [tercatat] di bursa menggunakan kode saham MTEL. Ini kita harapkan dapat dilakukan 22 November tahun ini,” katanya dalam rapat dengan Komisi VI DPR.
Lebih jauh Ririek menjelaskan saham MTEL ditawarkan dengan harga Rp 775-Rp 975/saham dengan jumlah yang ditawarkan sebanyak-banyak 25.540.000.000 saham atau setara dengan 29,85%.
Namun Ririek tak mau membeberkan harga penetapan IPO dengan para penjamin emisi. “Angka persisnya nantinya ini masih proses [harga IPO], ada literasi yang dilakukan menyesuaikan aturan yang ada, tapi 29,8% ini angka maksimum,” ujarnya.
Dikatakan Ririek, total yang diharapkan adalah Rp15 triliun sampai Rp 24 triliun dan ini semua akan masuk kepada Mitratel. ***
Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari