JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Anggota komisi IX DPRRI, H. Anas Thahir mengapresiasi keseriusan pemerintah dalam menangani radikalisme dan ekstrimisme di Indonesia. Sebab, menurut Anas, jika dibiarkan tanpa penanganan yang tepat kelompok radikal bisa menjadi ancaman serius bagi perjalanan dan keutuhan bangsa di masa mendatang.
Namun demikian politisi FPPP yang juga kader Nahdlatul Ulama ini berharap agar penanganan dan penanggulangan isu radikal tidak perlu dihadapi dengan tindakan overacting dengan cara-cara berlebihan yang cenderung aneh-aneh.
“Penanggulangan gerakan radikal harus dihadapi secara proporsional, terukur, sistemik dan nggak boleh keluar dari konteks,” kata Anas kepada wartawan di Jakarta, Jumat (1/11/2019).
Dimintai komentarnya terhadap apa yang telah dilakukan pemerintah dalam menghalau gerakan radikal di tanah air, legislator asal Banyuwangi itu mengatakan yang dihadapi negara itu bukan sekedar aksi radikal. Namu juga soal cara berpikir, soal budaya, dan soal wawasan berkebangsaan masyarakat.
Mantan Wakil Sekjen PBNU ini menambahkan hal-hal yang begini ini jangan selalu dihadapi dengan cara menakut-nakuti masyarakat. Tapi harus dengan soft power approach, dengan keteladanan, dengan pembudayaan, dengan pembinaan perkesinambungan, dan dengan pemenjaraan bagi yang nyata melakukuan tindak pidana.
“Menteri agama harus lebih tenang dan tetap fokus. Nggak perlu menciptakan keributan berlebihan dalam menangani isu radikalisme. Kesannya malah kayak kerja serampangan. Asal tendang. Mana mungkin kerja model begini bisa efektif?” Sambung Anas sambil melempar pertanyaan.
Masih kata Anas, cara-cara yang dilakukan menteri agama dengan melempar bola-bola panas ke masjid, ke sekolah, ke majlis-majlis ta’lim, apalagi dengan sengaja nyerempet-nyerempet sebutan arab, habib bahkan kiyai dan muballigh dengan bahasa yang kurang elegan justru bisa mengundang reaksi balik yang akan menambah keruwetan masalah.
“Ke depan para pejabat harus lebih arif dan bersedia menata ulang cara berkomunikasi kepada publik agar nggak terkesan bisanya cuma mengancam rakyatnya sendiri,” pungkas Anas mengakhiri pembicaraan.