JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM– Pemerintah sedang mengkaji soal stop ekspor energi gas bumi demi mendorong hilirisasi dan sekaligus mendorong Indonesia guna mewujudkan jadi negara maju. Namun kebijakan penghentian ekspor gas ini masih belum diketahui realisasinya. “Kita mungkin akan menyarankan kepada presiden kita enggak ekspor lagi gas kita keluar,” kata Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan di Jakarta, Senin (10/7/2023).
Dengan kebijakan tersebut, menurut Luhut, akan membuat harga gas industri menjadi murah. Sekarang ini, harga gas industri dipatok US$6 per Million Metric British Thermal Units (MMBTU).
Padahal Indonesia menginginkan harga di bawah dari itu. “Kenapa kita mesti ekspor bahan-bahan ginian, ya kita bikin saja sendiri. Sekarang harganya (gas industri) masih 6 dollar AS, kita coba lihat struktur cost-nya itu bisa enggak kita bikin 5 dollar AS,” ujarnya.
Apalagi Indonesia memiliki kekayaan alam minyak dan gasnya. Jadi bagi Luhut, sudah sewajarnya dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri saja. “Kita punya ketemu gas di Masela hampir 25 tcf (triliun kaki kubik). Kita juga sepertinya ketemu di Warim, itu bisa mungkin hampir dua kali seperti Masela. Bisa malah di situ kita ketemu juga cadangan minyak yang mungkin cadangan di Nduga 27 miliar barel,” ucapnya.
Selain itu, bagi perusahaan yang terlanjur terikat kontrak ekspor gas tetap tidak dilarang sampai masa perjanjian berakhir. Setelahnya, barulah menghentikan aktivitas tersebut. “Yang kontrak yang sudah ada silakan (ekspor gas), tapi kalau expired, stop. Kita bikin down streaming -nya. Apa itu,kan petrochemical,” pungkasnya.***
Penulis : Chandra
Editor : Chandra
