JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Perkembangan ekonomi digital yang begitu cepat dinilai mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, para startup lokal harus dipenuhi oleh produk UMKM yang memiliki daya saing. “Jangan sampai dibanjiri oleh produk asing. Apalagi selama pandemi Covid-19 ini, memang ekonomi digital ini cukup tinggi,” kata Anggota Komisi XI DPR, Kamrussamad dalam diskusi “Membedah pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi” di Gedung DPR, Kamis (23/2/2023).
Hadir dalam diskusi tersebut, Lektor Kepala Perbanas Institute, Jakarta, Drajat Hari Wibowo dan Wakil Ketua MPR, Syarifudin Hasan. “Jadi Pekerjaan Rumah (PR) ke depan adalah mendorong UMKM ini go ekspor. Karena ekonomi digital memang valuasinya sangat tinggi,” ujar Anggota Dewan Pembina HIPMI Pusat (2011–2014).
Disisi lain, Politisi muda Partai Gerindra ini menambahkan produk-produk UMKM ini harus bisa memenuhi semua marketplace yang ada di Indonesi. Karena itu, program digitalisasi UMKM harus dikebut sehingga bisa mencapai target.”Produk UMKM juga harus berkualitas, sehingga bisa berkompetisi dengan produk asing,” ucapnya.
Sementara itu, Drajat Wibowo menilai pasar ekonomi digital sudah overrated alias terlalu banyak dan menjenuhkan. Dimana orientasinya, selalu bakar duit, akibatnya banyak juga yang berguguran di tengah jalan. “Ada juga konglomerat yang rugi, karena investasinya jor-joran. Artinya, pencitraaan ekonomi digital ini terlalu berlebihan,” imbuhnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan pihaknya terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Salah satu caranya melalui penguatan kebijakan dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi, termasuk ekonomi digital. “Pada tahun 2022, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat ditopang oleh naiknya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking,” ujarnya di Jakarta, Kamis, (19/1/2023).
Dia menyebutkan nilai transaksi uang elektronik pada 2022 tumbuh 30,84 persen Year on Year (YoY) mencapai Rp 399,6 triliun. BI juga memproyeksikan nilainya meningkat 23,90 persen (YoY) hingga mencapai Rp 495,2 triliun pada tahun 2023. Adapun nilai transaksi digital banking meningkat 28,72 persen (YoY) menjadi Rp 52.545,8 triliun, dan diproyeksikan tumbuh 22,13 persen (YoY) mencapai Rp6 4.175,1 triliun pada 2023. “Di sisi lain, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Desember 2022 meningkat 6,95 persen (YoY) mencapai Rp 1.026,5 triliun,” ucap Perry. ***
Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari
