Opini

Maksimalkan SuperApp BTN Guna Kuasai Pasar Digital

Maksimalkan SuperApp BTN Guna Kuasai Pasar Digital
Kantor Pusat Bank BTN/Foto: Anjasmara

*) Agus E Cahyono

Meski banyak kalangan meyakini Indonesia tak terimbas resesi ekonomi 2023. Namun kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, maka tetap tak boleh lengah dengan situasi tersebut. Artinya, antisipasi terhadap resesi ekonomi harus tetap diperhitungkan. Apalagi Bank Indonesia (BI)  menaikkan suku bunga acuan sudah 6 kali, hingga mencapai 5,75%. Memang  tidak hanya BI, sejumlah bank sentral dunia bersama-sama menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini karena meningkatnya inflasi atas kenaikan harga-harga.

Kondisi ini tampaknya telah diantisipasi oleh Bank BTN, termasuk imbas resesi ekonomi dengan menyiapkan berbagai langkah antisipasi dan mitigasi. Misalnya, stress test baik mengenai portofolio restrukturisasi COVID, maupun perubahan makro ekonomi dan gejolak ekonomi global.  Bank BTN mengestimasikan portofolio restrukturisasi COVID-19 sekitar 6 persen hingga 7 persen, kondisi itu sesuai dengan stress test awal perseroan. Dari sisi governance atau tata kelola,  sudah tertata dengan baik. Kemudian bisnis proses di Bank BTN perlu dipersiapkan dengan baik dalam menghadapi berbagai macam tantangan ekonomi yang makin berat.

Menara Bank BTN Jl. Gajah Mada No. 1Jakarta 10130/Foto: Anjasmara

Menara Bank BTN Jl. Gajah Mada No. 1
Jakarta 10130/Foto: Anjasmara

Adapun sejumlah tantangan berat pada 2023, antara lain masih memanasnya hubungan Cina-Uni Eropa, kebijakan zero-Covid Cina, pengetatatan moneter Amerika Serikat, perubahan iklim, hingga perang Rusia-Ukraina. Melihat tantangan berat tersebut, Bank BTN tidak boleh hanya bertumpu terhadap sektor properti saja pada 2023. Karena ada prediksi bahwa permintaan sektor perumahan berpotensi menurun pada 2023, akibat dampak krisis global. Meski dibalik kesulitan itu, diyakini masih ada peluang terhadap penyaluran kredit yang diperkirakan tumbuh 10 persen hingga 11 persen pada 2023.

Namun begitu, tidak ada salahnya Bank BTN melebarkan ekspansinya ke sektor UMKM. Hanya saja,  memang segmentasinya perlu diperjelas dan jangan sampai terjadi rebutan dengan bank BUMN lainnya. Apalagi, selama ini Bank BTN fokus pada UMKM yang memiliki kaitan dengan sektor pendukung perumahan. Tentu ini memiliki prospek yang cukup baik.

Berdasarkan catatan Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) tercatat 12 juta UMKM berjualan dalam jaringan online, hingga September 2022. Bahkan IdEA memprediksi e-commerce menjadi penopang ekonomi Indonesia pada 2023. Setidaknya, tahun ini diperkirakan e-commerce bisa mencapai Rp600-Rp700 triliun.

Kegiatan ekonomi yang masih tetap tumbuh itu, tentu menjadi peluang emas bagi Bank BTN untuk masuk ke e-commerce. Apalagi, saat ini banyak orang yang menggunakan e-commerce untuk membeli kebutuhan pokok seperti perumahan, bahan makanan hingga pakaian dan lain-lainnya. Hal itu lantaran ekonomi Indonesia mayoritas ditopang oleh konsumsi domestik yang diyakini masih akan tetap tumbuh di tengah situasi global yang gelap.

Menuju Bank Digital

Keputusan cepat Bank BTN meluncurkan SuperApp BTN Mobile dinilai sebagai langkah jitu dan tepat untuk mengambil peluang pasar sektor e-commerce. Aplikasi super itu sangat mempermudah nasabah mendapatkan layanan digital mortgage ecosystem bank tersebut.

Keberadaan super apps ini melengkapi fundamental Bank BTN menjadi one stop shop housing ecosystem. Konsep utama BTN Mobile menyediakan segala kebutuhan dari ekosistem perumahaan para nasabah Bank BTN, mulai kepemilikan rumah, sampai kebutuhan pokok baik di dalam maupun di luar rumah, misalnya bayar listrik, air, gas dan pajak bumi dan bangunan (PBB).

Dengan kehadiran SuperApp BTN Mobile maka Bank BTN diharapkan bisa menjadi bank terbaik di segmen pembiayaan perumahan. Seluruh proses transformasi digital telah berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan perseroan. Jadi ini sejarah untuk Bank BTN, karena efisiensi cost of fund bisa membuat aset Bank BTN pada akhir 2022 diperkirakan  mencapai Rp 400 triliun dan kredit mencapai kisaran angka Rp 300 triliun.

sumber foto: btn.co.id

sumber foto: btn.co.id

Yang jelas, saat ini kompetisi mobile banking pada industri perbankan nasional cukup ketat, bahkan fungsi-fungsi dasar seperti payment seperti pembayaran listrik, telepon, air dan juga pembelian, seperti top up e-money, listrik pra bayar juga bisa dilayani oleh fintech atau e-commerce. Karena itu, Bank BTN terus mendorong sekitar 5 juta hingga 7 juta nasabahnya untuk menggunakan BTN Mobile nantinya. Dengan memaksimalkan potensi ini, Bank BTN sudah bisa memperoleh optimalisasi transaksi.

Disisi lain, Bank BTN harus sadar bahwa untuk menjadi bank digital memerlukan infrastruktur yang lengkap, termasuk soal keamanan data nasabah. Kasus-kasus kebocoran data pada lembaga-lembaga lain, harus menjadi pelajaran, sehingga kepercayaan nasabah tetap tinggi.

Kasus-kasus seperti itu tampaknya telah diantisipasi oleh Bank BTN dengan melibatkan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Bahkan untuk menjadi bank digital tentu harus dilengkapi dengan proteksi maksimal. Hal itu, sebagai wujud komitmen memprioritaskan kenyamanan dan keamanan nasabah terutama dalam melakukan transaksi digital.

Perlu diingat, studi terbaru Check Point Software Technologies mengungkap serangan siber terhadap sektor perbankan di Indonesia terus meningkat. Rata-rata, lembaga-lembaga keuangan di Indonesia, diserang sebanyak 2.730 kali per minggu dalam 6 bulan terakhir, 252% lebih banyak dari rata-rata global yang mengalami 1.083 serangan siber. Secara global, sektor keuangan dan perbankan menempati urutan ke-6 dalam industri yang paling banyak mengalami serangan siber. ***

*) Wartawan Suarainvestor.com

BERITA POPULER

To Top