MANGGARAI, SUARAINVESTOR.COM-Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) menilai momentum kelahiran Pancasila pada bulan Juni harus dijadikan sebagai momentum untuk mengingatkan kembali dan sekaligus menyegarkan perasaan nasionalisme serta kebangsaan. Dimana semua harus berangkat dan bercermin dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang dirumuskan dalam Pancasila.
“Karena Pancasila sejatinya bukan hanya sebagai dasar negara, tapi juga tujuan dan pegangan hidup dan standar untuk menilai apakah kita sudah sukses atau tidak dalam menjalankan amanah kebangsaa ini, yakni dalam mengisi kemerdekaan,” kata Anggota MPR Fraksi PKB, N.M. Dipo Nusantara Pua Upa, SH, MKn saat menggelar kegiatan sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang dilaksanakan di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu, (26/5/2021).
Kegiatan ini dihadiri sekitar 50 peserta yang terdiri dari unsur masyarakat petani, nelayan, pedagang kecil, aparat desa, tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat setempat serta para aktifis politik.
Dalam paparannya, Legislator dari Daerah Pemilihan (Dapil) NTT I ini berharap agar menjadikan momentum peringatan hari kelahiran Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni 2021 mendatang selayaknya dan sepatutnya dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia, khususnya warga Nusa Tenggara Timur agar tetap mensyukuri kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan YME. “Salah satunya yakni mutiara dan nilai nilai luhur bangsa Indonesia yang berhasil digali oleh para pendiri bangsa kita, salah satunya adalah Pancasila,” ujarnya.
Meskipun masih ditengah situasi Pandemi Covid-19, lanjut Dipo, tetapi setidaknya harapan masa depan yang lebih baik itu tetap harus optimis. “Dengan bermodalkan pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang kokoh berupa Pancasila, maka tidak ada alasan bagi kita generasi bangsa Indonesia untuk tidak tetap terus berbuat yang terbaik.”
Sebagaimana diketahui, salah satu pendiri bangsa Indonesia dan sekaligus proklamator RI Bung Karno menemukan inspirasi dan perenungan tentang Pancasila saat itu tatkala belliau sedang berada di Ende NTT karena diasingkan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda saat itu. Tentang kisah permenungan khusus Bung Karno menggali dan merumuskan sila sila Pancasila ketika menjalani masa pembuangan di Ende, tentu saja tidak diragukan. Sumbernya dari pengakuan Bung Karno sendiri.
Setelah menjadi Presiden pertama RI, Soekarno berkesempatan mengunjungi Ende, tahun 1950. Saat berpidato di Lapangan Perse Ende, Sang Proklamator dilaporkan sempat menunjuk pohon sukun di tepi barat Lapangan Perse Ende. Sang Presiden ketika itu mengakui, di bawah pohon sukun itulah ia merenung dan menggali butir butir mutiara yang kemudian menjadi rangkaian Pancasila (Dami Mukese, buku yang sama, hal. 299). ***
