JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Terpilihnya Isma Yatun dan Haerul Saleh menjadi anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menimbulkan spekulasi politik. Karena keduanya merepresentasikan dari masing-masing partai polilik, Isma Yatun merupakan kader PDIP dan Haerul Saleh kader Gerindra.
Apalagi keduanya mengalahkan 12 calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dinilai sudah demokratis melalui proses pemungutan suara yang berjalan terbuka dan transparan. “Ya, bisa jadi itu menggambarkan hubungan mesra antara PDIP dan Gerindra. Sedang bersatu, kompak, dan saling menjaga dan mengamankan. Itu juga dilakukan dengan harapan mereka bisa bersatu di Pilpres 2024,” kata Pengamat Politik, Ujang Komarudin kepada suarainvestor.com, di Jakarta, Senin (21/3/2022).
Namun demikian, kata Direktur eksekutif Indonesia Political Reviewer (IPR), proses politik berjalan dinamis dan sesuai dengan komunikasi. “Soal nanti jadi atau tidak, mereka bersatu di Pilpres 2024 tergantung kepentingan dan dinamika politik yang berkembang hingga nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, anggota Komisi XI DPR Bambang Haryadi ditemui wartawan usai pemilihan anggota BPK tak membantah bahwa terpilihnya Haerul Saleh menggambarkan hubungan dekat politik PDIP-Gerindra untuk Pilpres 2024. “Ya, saya kira begitu, ini cermin kekompakan Pilpres 2024. Tidak salahkan, ada yang berpendapat seperti itu?,” ujarnya, Jumat (18/3/2022).
Politisi Gerindra ini tidak mempermasalahkan kalau ada masyarakat yang mengait-ngaitkannya dengan situasi politik ke depan. “Toh, pemilihan anggota BPK berjalan secara transparan dan demokratis,” ujarnya.
Seperti diketahui, Isma Yatun merupakan petahana yang saat ini menjabat sebagai Anggota IV BPK sejak Oktober 2019 lalu, ia pertama kali bergabung ke BPK pada April 2017 ketika ia menjabat sebagai Anggota V BPK. Sebelum bergabung ke BPK, Isma rupanya mempunyai kiprah cukup panjang di dunia politik. Perempuan kelahiran 12 Oktober 1965 itu pernah menduduki sejumlah jabatan di PDI Perjuangan, antara lain wakil ketua DPD PDI-P Lampung serta wakil bendahara Fraksi PDI-P di DPR RI.
Lulusan S1 Teknik Kimia Universitas Sriwijaya dan S2 Teknik Kimia Universitas Indonesia itu tercatat sebagai anggota DPR sejak tahun 2006 hingga 2017. Isma pernah duduk di Komisi VII, Komisi X, Komisi IX, dan Badan Anggaran DPR. Komisi-komisi tersebut membidangi antara lain keuangan dan perbankan, energi, lingkungan hidup, hingga pendidikan serta pemuda dan olahraga. Adapun sebelum terjun ke dunia politik, Isma berkarir di Bank Danamon pada 1990-1997 dan PT Elnusa Petro Teknik pada 1997-1999.
Begitupun Haerul Saleh, sama seperti Isma, Haerul juga memiliki latar belakang sebagai politisi, bahkan saat ini ia masih duduk sebagai anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Gerindra.
Haerul tercatat menjadi anggota dewan sejak tahun 2014, ia kembali masuk ke Senayan pada tahun 2020 melalui mekanisme pergantian antarwaktu menggantikan Imran, kader Gerindra yang meninggal dunia pada 28 Maret 2020. Pada 2019, Haerul juga sempat mengikuti proses seleksi calon anggota BPK setelah ia tak terpilih menjadi wakil rakyat lewat Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Keputusan Komisi XI ini akan dibawa ke pimpinan DPR untuk dibawa ke rapat paripurna. Berikut lengkap 14 kandidat yang mengikuti uji kelayakan:
Isma Yatun 46 suara
Haerul Saleh 37 suara
Osbal Saragi Rumahorbo 18 suara
Dori Santosa 11 suara
Priyono Dwi Nugroho
Moza Pandawa Sakti
Yefes Espalambang
Kristiawanto
Kukuh Prionggo
Syafri Adnan Baharudin
Dadang Suwanda
Adrin Guntura
Firmansyah
Rachmat Manggala Purba. ***
Penulis : Arpaso
Editor : Budiono