JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM–Harga minyak dunia nyaris menembus US$100 per barel kemarin, Selasa (22/02/2022. Harga minyak dunia untuk pengiriman April diperdagangkan sekitar US$99,50 dolar per barel. Angka ini tertinggi sejak September 2014, sebelum menetap di US$96,84 dengan kenaikan 1,5 persen atau US$1,52.
Dampak meroketnya harga minyak dunia tentu bisa menekan kinerja PT Pertamina. Sehingga bisa mengganggu sejumlah program. “Jadi, saya kira perlu ada penyesuaian harga untuk Pertamax dan Pertalite, tetap dengan harga murah tapi pemerintah subsidi,” kata Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin kepada suarainvestor.com melalui pesan WhatApps (WA) di Jakarta, Rabu (23/2/2022).
Lebih jauh Mukhtarudin menilai dengan posisi harga minyak mentah yang nyaris menembus US$100 per barel tersebut, maka pemerintah sudah saatnya melakukan penyesuaian terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina (Persero). Namun tetap dijaga agar tidak memberatkan rakyat (win-win solution). “Karena Ini semakin berat buat PT Pertamina terkait harga BBM yang hingga saat ini belum bisa disesuaikan,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Mukhtarudin, dampaknnya terhadap kas keuangan PT Pertamina akan mengalami tekanan apabila tidak segera melakukan penyesuaian harga BBM, khususnya Pertalite, Pertamax. Berdasarkan hitungan, perkiraan sepanjang 2021 untuk Pertamax jumlah keseluruhan konsumsi secara nasional, kurang lebih 11% dari penjualan BBM nasional dan pertalite kurang lebih 47%. “Dengan demikian maka cukup besar potensial loss yang ditanggung Pertamina akibat selisih harga yang begitu besar,” terangnya lagi.
Untuk itu, Legislator dari Dapil Kalimantan Tengah ini menyarankan untuk mengatasi kerugian dari perusahaan pelat merah penyalur bahan bakar minyak yakni PT Pertamina (Persero) tersebut, maka diperlukan adanya penyesuaian harga dan memperhatikan daya beli masyarakat. ***
Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari