JAKARTA, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia menggelorakan kecintaan kepada bangsa dan negara, salah satunya dengan mementingkan moralitas atau akhlak sebagai individu dan sebagai manusia dalam bermasyarakat.
“Moralitas bangsa rujukannya adalah Pancasila sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, jika rujukannya pada UUD 1945, maka moralitas adalah pijakan dasar bernegara. Moralitas bukan hanya bersifat individual, tapi sangat terkait dengan lingkungannya, dengan manusia – social, terkait dengan umat beragama, dan bahkan terkait dengan alam semesta,” tegas Hidayat saat menjadi pembicara dalam diskusi ‘Refleksi Kebangsaan’ dalam rangka Launching Lomba Penulisan Bertema Kebangsaan 2017, “Islam dan Patriotisme Kebangsaan” di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (8/12/2016).
Menurut Ketua Mejelis Syuro DPP PKS itu, Indonesia adalah keberagaman, Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika. Hebatnya keberagaman Indonesia, maka akhlak bangsa, moralitas bangsa penting sekali untuk selalu disegarkan dengan berbagai cara, bentuk, dan perilaku yang baik.
“Dan, lomba penulisan ini adalah salah satu kegiatan untuk menyegarkan. Di lomba nanti, para penulis akan mengolah bagaimana cara menyegarkan kembali bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang berakhlakul karimah sehingga tidak terjadi sebuah kondisi yang seolah-olah moral itu hanya urusan pribadi dan berada di ranah pribadi, tapi moral adalah terkait dengan diri, lingkungan social dimana saja kita berada,” ujarnya.
Karena itu Hidayat mengingatkan akan pentingnya, bermanfaatnya, dan berbahayanya media sosial. Di tengah begitu banyak informasi, banyak teori di era sosial media yang dahsyat ini, kadang semua pribadi disibukkan dengan informasi yang serba instan, dan dangkal, tapi terus-menerus membanjiri ruang dan kehidupan sehari-hari.
Membanjirnya informasi instan secara terus-menerus itu kata Hidayat, hampir membuat kita tidak ada lagi pendalaman kehidupan untuk merefleksikan tentang akhlak. “Relevansinya dengan perpolitikan Indonesia, maka peran parpol sangat penting, yaitu memberikan pendidikan politik, tidak hanya pendidikan politik yang biasa, tapi harus ditingkatkan lagi pendidikan politik kepada rakyat, yang
mencerahkan bangsa yang beretika dan berrmoral. Hal itu diharapkan bisa menghilangkan dikotomi antara keberagamaaan dengan kebangsaan,” ungkapnya.
Diskusi Refleksi Kebangsaan ini menghadirkan pembicara seperti peneliti utama politik LIPI Siti Zuhro, pakar politik kebangsaan Yudi Latief dan penulis dan pengamat politik Irfan Hidayatullah. Acara tersebut juga dihadiri Presiden PKS HM. Sohibul Iman dan Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini.