JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-Anggota Komisi VI DPR I Nyoman Parta minta Kementerian Perdagangan melindungi kesejahteraan petani, terutama tingkat penghasilan dari hasil penjualan beras. Meski saat ini harga beras naik, namun bukan berarti harga beras harus dipaksa turun pada tingkat petani. “Jangan sampai menurunkan harga beras, namun merugikan petani yang justru menghasilkan beras. Karena petani inilah yang menghasilkan beras,” katanya dalam Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan dan Menkop UKM Teten Masduki di Jakarta, Selasa (12/9/2023).
Berdasarkan data Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional rata-rata harga beras medium secara nasional sudah di angka Rp 12.760 per kilogram (kg) padahal harga eceran tertinggi (HET) beras jenis itu Rp 10.900 per kg. Kemudian harga rata-rata beras premium sudah di angka Rp 14.390 per kg di atas HET Rp 13.900 perkg. “Malah saya mengusulkan perlunya subsidi hasil bagi petani, sehingga persoalan penurunan harga beras tidak mengganggu kesejahteraan petani,” ujarnya.
Menurut Parta-sapaan akrabnya, bahwa persoalan naiknya harga beras itu harus diturunkan pada tingkat konsumen, hal itu adalah menjadi tugas pemerintah. Namun pada sisi lain, pendapatan petani harus tetap dilindungi dengan menjaga harga beras tersebut. “Saya senang sekali harga gabah mencapai Rp6.500/kg-Rp7.000/Kg. Tentu ini menggemberikan bagi petani. Jangan sampai petaninya teraniaya, tidak bisa begitu. Prinsipnya, petani jangan dirugikan,” tegasnya lagi.
Yang jelas, kata Legislator asal Pulau Dewata, kenaikkan harga beras saat ini sangat menggemberikan bagi petani. Karena itu, pihaknya menekankan dan sekaligus mengingatkan bahwa kebijakan Kemendag tidak boleh merugikan kalangan petani. “Jangan sampai petaninya teraniaya, tidak bisa begitu. Prinsipnya, petani jangan dirugikan,” tegasnya lagi.
Dikatakan Parta, boleh saja operasi pasar untuk menurunkan harga beras di konsumen, bahkan diberikan gratispun tak masalah kepada konsumen. Namun itu tugas pemerintah yang mengatur.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap penyebab harga beras naik. Hal ini terjadi karena harga di negara lain juga mengalami kenaikan. “Ya karena semua negara naik, kekerek. Ini sama seperti barang-barang yang lain. BBM juga gitu kan kalau harga pasar dunia naik pasti dalam negeri kekerek,” ungkapnya di Gudang Bulog Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin (11/9/2023).
Apalagi sejumlah negara menghentikan ekspor beras seperti India yang selama ini merupakan negara pengekspor beras terbesar. “Ini harga pangan juga seperti itu apalagi beberapa negara menstop untuk tidak mengekspor beras seperti India yang produksinya gede, ekspornya biasanya gede stop,” lanjutnya.
Situasi saat ini sama seperti ketika harga gandum mengalami kenaikan yang signifikan. Jokowi mengatakan Ukraina dan Rusia sebagai produsen gandum cukup besar menghentikan ekspornya. “Ukraina sama Rusia yang memiliki stok sampai 200 juta ton stop sehingga udah guncang dan naik harga gandum,” ungkapnya.***
Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari
