JAKARTA – Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengaku prihatin dengan kondisi kebangsaan saat ini yang muncul hanya karena adanya perbedaan sikap politik dalam Pilkada. Dimana ketika berbeda pilihan kemudian dicap munafik, kemudian dilarang disolati, dikafirkan, disesatkan dan sebagainya.
“Jadi, berbeda pilihan dianggap tidak setuju Bhineka Tunggal Ika. Jadi, kondisi kebangsaan ini sangat mengkhawatirkan,” tegas Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy dan Sekretaris Jenderal PPP Arsul Sani di FPPP DPR RI Jakarta, Senin (10/4/2017).
Sejumlah tokoh bangsa dan tokoh politik turut disambangi GP Ansor. Menurut Yaqut, pihaknya menggali pandangan dari tokoh-tokoh tersebut soal kebangsaan. Pandangan tersebut nantinya disarikan untuk dijadikan sikap resmi GP Ansor. “Kami ingin di Ansor, saudara-saudara sekalian dapat gambaran. Mengimajinasikan Indonesia ke depan seperti apa. Supaya kami juga tidak salah arah,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Romahurmuziy memiliki pandangan yang sama. Dimana situasi kebangsaan, semakin tidak bersahabat. Hal itu ditandai dengan sirkulasi informasi hoax yang semakin banyak. “Semua hiruk pikuk dan kesalahpahaman ini harusnya diakhiri,” kata Romahurmuziy.
Menurut Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, ada problem akhlak yang berbeda-beda. Hal yang paling ekstrim adalah mengkafirkan orang lain hanya karena berbeda sikap. “Mungkin setelah Pilkada 19 April 2017 semua ini akan selesai. Semestinya kita tidak tersita energinya padaPpilkada DKI saja. Tapi semua media mengarah ke sana, sehingga saya berpikir, ini mungkin persoalan yang hanya bisa selesai dengan berlalunya waktu,” ungkap Romi.
