Market

BI: Keyakinan Konsumen Kota Surabaya Tertinggi Terhadap Membaiknya Ekonomi

BI: Keyakinan Konsumen Kota Surabaya Tertinggi Terhadap Membaiknya Ekonomi

JAKARTA. SUARAINVESTOR.COM – Keyakinan konsumen pada bulan Agustus 2020 kembali membaik. Berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia (BI), hal tersebut terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan lalu yang berada di level 86,9, alias naik tipis dari IKK Juli 2020 yang sebesar 86,2.

“Ini mengindikasikan kalau keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terpantau membaik, meski masih berada dalam zona pesimistis atau di bawah 100,” demikian laporan BI, Selasa (8/9).

Menurut BI, membaiknya keyakinan konsumen pada Agustus 2020 didorong oleh persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Ini tercermin dari Indeks Ekonomi Saat ini (IKE) yang sebesar 55,6. Meski masih cukup rendah dan masih di bawah zona pesimis, tetapi ini meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 50,7.

Pada Agustus 2020, IKK mengalami kenaikan pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp 2 juta – Rp 4 juta per bulan. Sementara bila dilihat dari sisi usia, peningkatan IKK pada Agustus 2020 terjadi pada responden berusia 20 tahun – 50 tahun.

Kalau ditinjau secara spasial, keyakinan konsumen pada Agustus 2020 terpantau meningkat di 8 kota yang menjadi lingkup pelaksanaan survei, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Kota Surabaya yang naik 26,5 poin, diikuti Manado yang naik 10,6 poin, dan Denpasar yang naik 6,7 poin.

Hanya saja ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang cenderung lebih lemah dari bulan sebelumnya. Ini terpantau dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 118,2 atau lebih rendah dari 121,7 pada bulan sebelumnya.

Namun, meski melemah, tapi IEK masih berada dalam zona optimistis atau dengan indeks lebih dari 100.

Sementara itu, cadangan devisa pada Agustus 2020 kembali meningkat. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa pada akhir bulan lalu sebesar US$ 137,0 miliar atau naik US$ 1,9 miliar dari posisi akhir Juli 2020 yang sebesar US$ 135,1 miliar.

Dengan demikian, posisi cadev Indonesia kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah, setelah pada bulan Juli 2002 lalu juga merupakan yang tertinggi.

“Peningkatan cadangan devisa pada Agustus 2020 antara lain dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa migas,” ujar Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, Senin (7/9).

Selain itu, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat peningkatan cadangan devisa juga disebabkan oleh term deposit valas yang meningkat sehingga ada ekses likuiditas di pasar yang bisa didorong oleh perbaikan harga komoditas.

“Mungkin ada perbaikan harga komoditas mulai dari mineral seperti tembaga, nikel, logam mulia. Ekspor kita juga diperkirakan masih naik. Terjadi trade surplus juga kan beberapa bulan terakhir,” kata David seperti dikutip Kontan.co.id.

Meski cadangan devisa mengalami peningkatan, David mengingatkan agar Indonesia perlu waspada dalam menjaga fundamentalnya. Pasalnya, ke depan masih ada kemungkinan ketidakpastian yang membayangi.

David menjabarkan, ketidakpastian itu akan berasal dari Covid-19 yang masih ada baik itu di Indonesia maupun di global, lalu ada juga ketidakpastian yang berasal dari Amerika Serikat (AS) karena pada akhir tahun ini akan ada event pemilihan presiden di negara Paman Sam tersebut.

Hal-hal tersebut dikhawatirkan mampu menggoyang pasar finansial. Bila ada guncangan di pasar, maka akan ada kemungkinan dollar AS akan mengalami shortage sehingga Indonesia bisa kekeringan dollar AS.

Untuk itu, David menyarankan agar mulai sekarang Indonesia bersiap memupuk cadangan devisa. “Sesuai dengan utang jangka pendek, impor kan jugua turun. Namun, ke depan peluang meningkat juga masih ada. Harapannya pada arus portofolio dan surplus neraca dagang,” katanya.

Lebih lanjut, dengan posisi cadangan devisa yang jumbo ini, David juga yakin kalau nilai tukar rupiah bisa akan terjaga. Ia juga memperkirakan, kalau nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.500 – Rp 15.000 hingga akhir tahun ini.

“Rupiah masih bisa tertopang kuat. Saya pikir rupiah juga pergerakannya akan mengikuti perkembangan mata uang lain. Namun, kita juga memiliki secondary buffer, yaitu swap dengan bank sentral negara lain juga repo line langsung dengan The Fed,” ungkapnya.

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top