JAKARTA, Serangan berita palsu, bohong dan fitnah atau hoax sudah menjadi problem kebhinnekaan dan semua terpusat di Jakarta, sebagai Ibu Kota Negara. Karena itu, wajar jika Pilkada serentak 2017 yang diikuti oleh 101 daerah seluruh Indonesia ini menjadi Jakarta Sentris. Khususnya pasca dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Jadi, kita akui berita hoax itu berlangsung secara massif di Jakarta, dan terjadi sampai sekarang. Sehingga isu Ahok ini menjadi isu nasional dan kemudian melahirkan isu hoax dimana-mana,” tegas Ketua FPPP MPR RI Arwani Thomafi dalam diskusi ‘Hoax’ bersama anggota Komisi II DPR RI FPAN Yandri Susanto dan Pangi Syarwi Chaniago (Direktur Eksekutif Voxpol Center) di Gedung DPR RI Jakarta, Rabu (18/1/2017).
Menurut Arwani yang juga anggota Komisi I DPR RI, pengguna internet di Indoensia tahun 2016 ini sudah mencapai 132 juta orang, dan pengguna facebook termasuk twitter mencapai 12 juta orang. “Semua itu bisa menjadi positif dan negative serta memengaruhi kebijakan dan program yang akan dilakukan oleh pemeirntah pusat dan daerah,” ujarnya.
Sebaliknya kata Arwani, kalau berita-berita hoax itu tidak diklarifikasi, kroscek (tabbayun), maka akan menjadi sumber konflik, propaganda, dan ancaman desintegrasi bangsa. “Hoax ini sudah sangat luar biasa dahsyat. Untuk itu Menkominfo RI Rudiantara harus menyosialisasikan berita-berita hoax, membuat aplikasi untuk mengantisipasi berita hoax (siber), dan menyediakan sumber data yang valid untuk disebarkan ke masyarakat,” tambahnya.
Karena itu Yandri meminta pemerintah dan aparat tidak terlalu reaktif terhadap berita-berita hoax tersebut. “Jangan seperti kasus pemanggilan anggota FPAN Eko Patrio, yang dinilai telah melanggar etika dengan menyatakan pengalihan isu kasus teroris. Tapi, setelah diteliti ternyata medianya abal-abal ,” ungkapnya.
Dengan demikian Yandri berharap semua membentengi diri masing-masing untuk tidak mempercayai begitu saja berita yang masuk di media social dan internet. Termasuk di dalam Hp. “Saya yakin pada Pilpres 2019 mendatang berita hoax ini akan makin sadis dan brutal lagi,” pungkasnya.
Sementara itu Pangi Syarwi berharap semua sepakat untuk merawat kebangsaan, keberagaman, dan bhinneka tunggal ika. “Jangan sampai bangsa ini terpecah-belah akibat berita-berita hoax,” katanya.