JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM— Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengapresiasi kinerja ekonomi pemerintah sepanjang semester I tahun 2023, di tengah tantangan global yang sangat berat dan masih ada ketidakpastian. Namun demikian, kinerja APBN sampai dengan akhir bulan Juni 2023 masih menunjukkan trend positif. “Ya, hal ini menjadi bright spots dengan capaian pertumbuhan yang relatif solid dibanding kawasan lain di dunia,” kata Anggota Banggar DPR RI, Mukhtarudin di Jakarta, Senin (10/7/2023).
Politisi Partai Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini menilai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Tiongkok, berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, India dan kawasan negara ASEAN. Sementara, indikator ekonomi makro Indonesia di semester I tahun 2023 itu juga menunjukkan perekonomian masih mampu bertahan pada kisaran angka 5,0 persen. “Walaupun ini sesungguhnya belum terlalu menggembirakan buat perekonomian kita,” imbuh Mukhtarudin.
Lebih jauh Mukhtarudin menambahkan pada Juni 2023, harga komoditas unggulan Indonesia, sepert CPO, mineral dan batu bara menurun secara tajam. “Ini menandakan bahwa segera berakhirnya era bulan madu atau windfall harga komoditas yang sudah kita nikmati semenjak pertengahan bulan Juli tahun 2021 lalu,” kata Mukhtarudin.
Turunnya harga komoditas unggulan tersebut, Anggota Komisi VII DPR RI ini bilang tidak bisa dilepaskan dari fluktuasi harga minyak mentah internasional, karena fungsi komoditas tersebut merupakan substitusi dari minyak bumi. Selaras dengan trend penurunan harga komoditas global, laju inflasi mulai bergerak menuju angka moderatnya. Sampai dengan Juni 2023, laju inflasi Indonesia mencapai 3,5 persen (yoy) atau 1,2 persen (ytd), turun dari 5,5 persen (yoy) pada akhir tahun 2022.
Selaras dengan Indonesia, di Amerika Serikat sendiri puncak inflasi terjadi pada Juni 2022 dilevel 9,1 persen, setelah itu menunjukkan tren turun, di Januari 2023 menjadi 6,4 persen dan per Mei 2023 tinggal 4.0 persen. Tren serupa bisa dilihat di daratan Eropa, puncak inflasi pada Oktober 2022 dilevel 10,6 persen, turun bertahap, pada Juni 2023 bahkan sudah mencapai 5,5 persen. “Dengan melihat kondisi tersebut, pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia pada semester I tahun 2023, diperkirakan akan mencapai 7,8-8,3 persen dan 1,5- 2,0 persen. Kondisi ini kita harapkan bisa bertahan hingga akhir tahun 2023,” tandas Mukhtarudin.
Kesinambungan Fiskal
Pengelolaan pembiayaan anggaran tahun 2023 hendaknya dilaksanakan dengan tetap menjaga kesehatan APBN dan kesinambungan fiskal. Artinya, menurut Mukhtarudin, pemerintah perlu terus berhati-hati, mengingat pembiayaan utang merupakan komponen terbesar sumber pembiayaan dalam menutup defisit anggaran. Kinerja pembiayaan utang akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi portofolio, pasar SBN, serta fluktuasi nilai tukar rupiah.
Oleh sebab itu, Banggar DPR RI berharap pemerintah senantiasa mengelola utang secara hati-hati dengan risiko yang terkendali melalui komposisi optimal, baik mata uang, suku bunga, maupun jatuh tempo. “Keberhasilan APBN 2023 akan menjadi pijakan yang kuat dalam menghantarkan perhelatan demokrasi terbesar di Indonesia yaitu pelaksanaan Pemilu tahun 2024 nanti,” imbuhnya.
Selain itu, berbagai faktor risiko global tetap perlu diwaspadai dan tetap harus prudent dalam melaksanakan APBN 2023 agar capaian atas target defisit anggaran tetap terjaga. “Kita berharap evaluasi kinerja semester I APBN tahun 2023 bisa menghasilkan perbaikan kinerja pada pencapaian semester II APBN tahun 2023, sehingga target APBN 2023 dengan outlook yang dicapai pada akhir tahun 2023, tidak akan terlalu jauh berbeda,” pungkas Mukhtarudin.***
Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari