JAKARTA, SUARAINVESTOR.COM-PT Great Giant Pineapple (GGP) sebagai produsen pisang Cavendish tak hanya membuka lahan di Lampung saja, namun sudah melebarkan bisnisnya hingga membuka lahan hingga 8 wilayah lain. Bahkan kini, merambah Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) seluas 3,5 hektar. “Hasilnya, pada produksi 2021, mampu menghasilkan 4.950 box dengan masing-masing box seberat 13 kilogram. Jadi, total pisang Cavendish yang dihasilkan sebanyak 65 ton, dengan kualitas luar biasa bagus,” kata Direktur PT Great Giant Pineapple (GGP) Welly Sugiono, Selasa (1/3/2022).
Lebih jauh Welly menjelaskan ke depan, lahan pisang Cavendish akan dikembangkan bersama koperasi dengan luas lahan 12 hektar. “Dalam 11 bulan sudah bisa dipanen,” ucapnya.
Welly berharap, langkah tersebut akan menjadikannya sebagai Kawasan Berikat Holtikultura pertama di Kabupaten Bener Meriah. Bahkan, tidak hanya akan ditanami pisang dan kopi saja, melainkan buah-buahan tropikal lainnya seperti alpukat, jengkol, dan lain-lain.
Dengan pola kemitraan seperti ini, Welly mengatakan bahwa petani mempunyai akses pupuk, infektisida, dan sebagainya, tanpa subsidi dari pemerintah. “Saya berharap kerjasama dengan pemerintah, termasuk Pemda, bisa lebih baik,” kata Welly.
Welly pun menekankan bahwa kemitraan ini memiliki fokus utama terciptanya pertumbuhan ekonomi di pedesaan. Dengan memiliki tanah yang subur, UMKM di sana pun akan turut berkembang. “Saya juga berharap, nantinya ekspor buah-buahan tropik akan berasal dari Aceh, bukan dari daerah lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan korporatisasi petani berbasis koperasi merupakan suatu bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani melalui kolaborasi berbagai pihak.
Menurut MenKopUKM, PT Great Giant Pineapple sebagai offtaker tidak perlu memiliki lahan. Bahkan, bermitra dengan petani dan koperasi, lebih mendekatkan diri ke pasar, baik pasar nasional maupun global. “Seperti komoditas pisang terdapat 21 sertifikat ekspor yang sudah diurus PT GGP, sehingga bisa masuk sampai ke pasar Eropa dan Amerika,” jelas MenKopUKM.
Untuk itu, MenKopUKM terus mengajak para petani melakukan konsolidasi lahan dan SDM petani dalam wadah koperasi. Karena, selain untuk mencapai skala ekonomis, jangan biarkan para petani bekerja sendiri-sendiri.
“Koperasi yang berhadapan dengan buyer, sehingga harga tidak dipermainkan pasar dan para petani memiliki kepastian pasar dan stabilitas harga, karena koperasi yang berperan sebagai offtaker pertama,” pungkasnya. ***
Penulis : Iwan Damiri
Editor : Kamsari
