Market

Inflasi AS Anjlok Jadi Good News, Ada Potensi Cuan Untuk Trading Sejumlah Saham

Inflasi AS Anjlok Jadi Good News, Ada Potensi Cuan Untuk Trading Sejumlah Saham
ilustrasi perdagangan saham/Foto: Dok

JAKARTA, SUARAINVESTOR.COMSelama sepekan terakhir terlihat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 2,4 persen ke posisi 6 684. Kondisi ini dengan penurunan paling tajam di sektor energi yang sebesar 7 persen dan disusul sektor consumer cylicals sebesar 3,4 persen. “Kita tetap optimistis bahwa terdapat potensi cuan untuk trading sejumlah saham yang tertopang oleh good news PMI manufaktur, inflasi dan non-farm payroll AS,” kata Equity Analyst PT.Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Lebih jauh Rifqi menjelaskan PMI manufaktur Desember 2022 menjadi good news, karena mengalami kenaikan dari 50,3 poin menjadi 50,9 poin. Kenaikan ini terjadi karena output produksi dan permintaan barang baru yang mengalami kenaikan. “Permintaan barang baru ini tidak hanya domestik, tetapi juga dari importir luar negeri. Yang menjadi momok tahun lalu, yakni inflasi kenaikan harga barang, namun kini sudah mulai berkurang tekanannya. Tekanan dari kenaikan harga barang sudah mulai mereda,” ujarnya.

Terkait inflasi, terang dia, pada Desember 2022, inflasi Indonesia meningkat menjadi 5,51 persen (year-on-year) atau lebih tinggi dibandingkan konsensus. “Inflasi yang dilaporkan BPS ternyata lebih tinggi dibandingkan konsensus di level 5,39 persen. Ini memang menjadi tekanan bagi market, namun hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena di akhir tahun kenaikan tingkat inflasi memang kerap terjadi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, penyebab inflasi di akhir 2022 adalah, harga komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, dan tarif angkutan udara atau tarif transportasi.  Mengenai non-farm payroll AS, jelas Rifqi, setiap bulan di AS terdapat data yang dirilis terkait penambahan tenaga kerja. Menariknya, pada Desember 2023 terjadi penambahan 223.000 pekerja baru atau lebih tinggi dibandingkan konsensus sebesar 200.000 pekerja. “Selanjutnya, kenaikan upah tumbuh lebih rendah, hanya sebesar 0,3 persen dibanding konsensus yang sebesar 0,4 persen. Ini menjadi good news untuk market pekan ini,” tegas Rifqi.

Dia menyebutkan, kondisi market pada pekan ini juga tertopang oleh salah satu konfirmasi dari daya beli masyarakat, terkait inflasi AS. Inflasi inti AS pada November 2022 tercatat pada level 6 persen, sedangkan inflasi umum di level 7,1 persen.”Baik inflasi inti atau umum, keduanya sudah dalam tren penurunan. Investor akan memperhatikan data inflasi Desember 2022 untuk melihat efektivitas kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed untuk menurunkan inflasi,” pungkasnya. ***

Penulis   : Iwan Damiri
Editor     : Kamsari

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top