GRESIK–Pasar pupuk nonsubsidi diyakini sangat besar. Data pemerintah menyebut, kebutuhan pupuk untuk pertanian sepanjang 2017 diprediksi mencapai 14,5 juta ton. Itu berdasar RDKK (rencana definitif kebutuhan kelompok) dari masing-masing daerah di Indonesia. “Dibanding tahun lalu, pada 2017 ini peluang pasar nonsubsidi jauh lebih besar,” kata Manajer Humas PT Petrokimia Gresik, Yusuf Wibisono, Kamis (2/2/2017).
Menurut Yusuf, PT Petrokimia Gresik (PG) makin menggenjot produksi pada 2017. Bahkan tak tanggung-tanggung, sepanjang tahun ini mematok target penjualan pupuk nonsubsidi hingga 300.000 ton.
Dikatakan Yusuf, jatah subsidi yang bisa diberikan oleh pemerintah sepanjang tahun ini hanya mencapai 8,5 juta ton. Berkurang 1 juta ton dibanding tahun 2016 kemarin yang angka subsidi pupuk mencapai 9,5 juta ton. “Selisih antara kebutuhan dengan subsidi yang diberikan sangat besar. Artinya, selisih sekitar 6 juta ton kebutuhan pupuk itu menjadi pasar potensial pupuk nonsubsidi,” ujarnya.
Peluang inilah yang sedang dikejar Petrokimia Gresik. Terutama, besarnya potensi pasar pupuk di Jawa dan Bali sebagai pasar utama perusahaan yang berpusat di Gresik tersebut. Target 300.000 ton, bukan angka yang besar jika dibandingkan dengan potensi pasar tersebut. “Karena itulah, kami sangat optimistis untuk bisa merealisasikan target penjualan pupuk nonsubsidi tersebut. Apalagi, perseroan juga telah meluncurkan sejumlah produk unggulan untuk bermain di pasar ini,” sambung dia.
Beberapa merek pupuk nonsubsidi yang menjadi andalan Petrokimia antara lain, NPK Plus, NPK Kebomas, Petogranik KCL, Petroganik Premium, dan sejumlah merek lain. Namun, dari sejumlah merek itu yang belakangan getol dipasarkan adalah NPK Plus dan NPK Kebomas.
Untuk memasarkan produk-produk nonsubsidinya, Petrikimia Gresik sudah membentuk unit khusus. Tapi di lapangan, anak perusahaan PT Pupuk Indonesia (PI) tersebut masih tetap memakai orang lapangan yang selama ini menangani penyaluran pupuk bersubsidi. “Ya, kami terus menawarkan ke kios-kios pupuk di berbagai daerah. Selain melayani pupuk subsidi, mereka juga disarankan agar menjual pupuk nonsubsidi supaya menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan pupuk, ketika stok subsidi sudah tidak mencukupi,” ungkap Yusuf.
Tak hanya itu, pihaknya juga menawarkan ke toko atau siapapun yang berniat untuk menjual pupuk nonsubsidi. Bahkan, petani atau masyarakat yang butuh pupuk nonsubsidi juga bisa langsung membeli ke distributor atau outlet-outlet lain yang telah disiapkan. “Harganya sama,” tandasnya.
Selain PT Petrokimia Gresik, produsen-produsen pupuk lain yang berada di bawah PT Pupuk Indonesia juga telah disarankan untuk mulai bermain di pasar nonsubsidi. Langkah ini sengaja disiapkan PI sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu subsidi pupuk dicabut pemerintah. “Kita kan tidak tahu, apakah ke depan subsidi pupuk dari pemerintah masih ada atau tidak. Karena itu, kita harus melakukan antisipasi dengan mulai menggarap pasar nonsubsidi,” ungkap Direktur Utama PT PI, Aas Asikin Idat, saat di Gresik beberapa waktu lalu.
Menurut dia, sekarang ini total produksi pupuk dari PI secara nasional mencapai 13 juta ton. Dari jumlah itu, 9 ton diantaranya merupakan pupuk bersubsidi. Artinya, baru sekitar 4 juta ton produksi pupuk nonsubsidi. ***