Investasi

Ketua DPR: Bulan Suci Jangan Kotori dengan Kegaduhan Politik

Ketua DPR: Bulan Suci Jangan Kotori dengan Kegaduhan Politik

JAKARTA, Ketua DPR Bambang Soesatyo mengimbau masing-masing kubu pilpres tidak mengotori bulan suci Ramadhan dengan kegaduhan politik.

“Bulan Suci Ramadhan 1440 H ini hendaknya dijadikan momentum pemulihan hubungan baik, silaturahmi antarkomunitas yang selama ini berseberangan karena perbedaan pilihan politik,” tegas Bamsoet, Minggu (5/5/2019).

Menurut politisi Golkar itu pemulihan hubungan baik itu hendaknya diawali dengan kesadaran bersama untuk berhenti menyebarkan ujaran kebencian,  berhenti saling tuduh, berhenti saling ancam, dan tidak lagi membuat pernyataan provokatif.

Pada periode bulan suci ini.kata Bamsoet, semua kekuatan politik harus peduli dan menghormati masyarakat yang sedang beribadah puasa Ramadhan, agar masyarakat lebih khusyuk, dan ruang publik bersih dari segala sesuatu yang berpotensi menganggu atau merusak kesakralan bulan suci Ramadhan.

Apalagi kata Bamsoet, dua pekan lebih setelah pemungutan suara Pemilu 2019, sebagian masyarakat merasa tidak nyaman, karena ruang publik masih terasa sangat bising.

“Kebisingan yang disebarkan oleh dua kubu yang berkepentingan dengan hasil perhitungan suara pilpred oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).  Terlebih soal hoaks tentang kecurangan yang terus dibangun,” ujarnya.

Kebisingan itu membuat sebagian publik menanggapinya dengan dengan sikap biasa-biasa saja, namun, tak sedikit yang terpancing emosinya. Perilaku emosional yang dipertontonkan meski hanya pernyataan yang provokatif  tak heran jika membuat beberapa kalangan cemas atau khawatir.

Kalangan akar rumput pun bisa tergoda menyoal isu people power yang diwacanakan oleh kalangan kubu 02.. “Perbincangan tentang hal-hal seperti ini bermunculan karena perang pernyataan atau saling tuduh tentang kecurangan Pemilu .  Para tokoh masyarakat sudah meminta agar saling tuduh itu dihentikan. Namun, sebagian maasih mengianggap angin lalu.

Karena itu, bulan Suci Ramadhan patut dijadikan momentum bagi semua  kekuatan politik untuk menahan diri, dan membantu masyarakat di berbagai daerah mewujudkan pemulihan hubungan baik antarkomunitas.

“Sudah barang tentu tidak akan dipersalahkan jika masing-masing kubu kekuatan politik terus bergiat mengumpulkan bukti-bukti kecurangan. Namun, setiap temuan hendaknya disikapi dengan perilaku yang elegan, tanpa harus memancing atau mengoyak emosi publik,” pungkasnya.

Print Friendly, PDF & Email

BERITA POPULER

To Top